The Fed Ramal Pemulihan Ekonomi Akibat Corona Bakal Lama dan Sulit
Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve mengucurkan stimulus mencapai lebih dari US$ 2 triliun guna meredam dampak pandemi corona terhadap perekonomian. Meski demikian, pemulihan ekonomi akibat virus tersebut diperkirakan akan membutuhkan waktu yang panjang dan sulit.
Gubernur Bank Sentral Minneapolis Neel Kashkari menyebut pandemi corona akan menjadi perjalanan yang panjang dan sulit dilalui hingga ditemukan terapi yang tepat dan vaksin untuk melawan wabah tersebut. "Sulit melihat pemulihan ekonomi akan berbentuk kurva V, sesuai dengan skenario," ujar Kashkari dikutip dari CBS, Senin (13/4).
Ia menyebut Gubernur The Fed Jerome Powell telah mengambil langkah-langkah agresif untuk menahan kerusakan ekonomi akibat pandemi corona. The Fed belajar dari pengalaman krisis keuangan 2008 dan berupaya menyelematkan ekonomi dengan tindakan seagresif mungkin, hal yang menurut dia, benar dilakukan dalam kondisi saat ini.
Kongres AS juga telah meloloskan rencana paket penyelamatan ekonomi pemerintahan Donald Trump sebesar US$ 2,3 triliun pada bulan lalu. Stimulus terbesar dalam sejarah, yang antara lain menyediakan bantuan tunai kepada sebagian besar orang Amerika, pinjaman untuk usaha kecil, dan pendanaan untuk industri yang dirugikan oleh virus corona.
Kasharu yang mengawasi program bantuan aset bermasalah selama krisis keuangan 2008, mengatakan bahwa dana darurat US$ 350 miliar dalam paket stimilus pemerintan AS untuk usaha kecil tidak akan cukup. Namun, dia optimistis Kongres akan memberikan persetujuan paket stimulus yang lebih besar untuk membantu menjaga usaha kecil dari tekanan pembatasan sosial
"Ini kembali ke perkembangan virus. Jadi, kita akan mengalami kesulitan ekonomi hingga memiliki vaksin. Maka pemerintah AS akan terus datang kembali untuk meminta dukungan paket bantuan bagi rakyat AS," kata dia.
(Baca: Ancaman Resesi Dunia dan Upaya Mengatasinya)
Prospek suram Kashkari datang beberapa hari setelah Departemen Tenaga Kerja melaporkan bahwa 6,6 juta orang AS mengajukan klaim pengangguran pertama kali dalam sepekan terakhir. Lonjakan besar-besaran itu membuat jumlah klaim pengangguran menjadi 16 juta hanya dalam waktu tiga minggu, sebuah angka yang mengejutkan karena setara dengan sekitar 10% dari angkatan kerja AS.
Dikutip dari CNBC, para pemimpin bisnis di AS turut merespons komentar Kashkari. Pengusaha dan pemilik Dallas Mavericks, Mark Cuban mengatakan kepada Fox News pada Minggu (12/4) bahwa ia berpikir pemulihan ekonomi bakal lebih lambat dari kurva V seperti yang sebelumnya diperkirakan.
"Orang tidak akan segera merasa percaya diri. Akan ada banyak keraguan. Kekhawatiran itu akan mengarah pada orang-orang yang menahan pengeluaran mereka," kata Kuba.
Namun, Gubernur Fed St. Louis James B. Bullard menawarkan pandangan yang lebih positif atas kekacauan ekonomi yang disebabkan oleh virus coroana. Ia tidak percaya ekonomi AS atau pasar tenaha kerja akan terjun bebas, seperti yang telah dijelaskan oleh beberapa orang.
"Penyerapan pada program asuransi pengangguran adalah hal yang baik, karena itu berarti orang-orang yang terganggu oleh penutupan kegiatan akibat virus ini dapat meperoleh bantuan tunai," kata Bullard.
(Baca: Berburu Utang Global di Tengah Corona, Bunga Tinggi Bayangi Indonesia)
Tak Ada Kekhawatiran Moral Hazard
Langkah agresif Bank Sentral AS menggelontorkan triliunan dolar AS untuk menahan dampak kejatuhan ekonomi memiliki perbedaaan penting dengan saat krisis keuangan 2008. Hampir tak ada kekhawatiran terhadap moral hazard.
Bank Sentral AS melakukan stimulus lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan satu dekade lalu, saat mereka juga dituntut mengcurukan langkah darurat untuk menolong ekonomi Negara Paman Sam tersebut. Pada 2007-2009, para pembuat kebijakan AS menentang stimulus yang akan dikeluarkan The Fed, menyebut langkah tersebut tak memberikan efek jera pada lembaga keuangan yang tak berhati-hati dalam mengambil risiko.
Bagaimana The Fed bertindak saat krisis keuangan 2008 masih menjadi bahasan politik, meski krisis telah berakhir selama bertahun-tahun.
Namun, kondisi berbeda terjadi saat ini. Dalam sebuah pidato pada Kamis (13/4) Powell menjelaskan bahwa ia tidak menghadapi gelombang kritik kali ini, baik di antara pembuat kebijakan bank sentral atau koridor kekuasaan yang lebih luas. Prioritas saat ini adalah membantu orang-orang yang bukan karena kesalahan mereka sendiri telah kehilangan pekerjaan, setidaknya untuk sementara, karena permintaan pemerintah agar mereka diam di rumah guna mencegah penyebaran virus corona.
“Orang-orang melakukan pengorbanan untuk kebaikan bersama. Kita harus membuat mereka utuh. Mereka tidak menyebabkan ini. Bisnis mereka tidak ditutup karena kesalahan yang mereka lakukan. Mereka tidak kehilangan pekerjaan karena kesalahan yang mereka lakukan," kata dia.
(Baca: Harga Emas Dunia Turun, Logam Mulia Antam Naik Jadi Rp 952 Ribu/Gram)
Dalam waktu kira-kira sebulan, The Fed telah meluncurkan sembilan program penanggulangan krisis, sebagian lama dan sebagian merupakan program baru. Kebijakan-kebijakan tersebut dirancang untuk menjaga kredit mengalir ke bisnis dan rumah tangga dengan cara menopang likuiditas di pasar keuangan.
Ekonom di Citigroup Global Markets dalam sebuah catatan pekan lalu mengatakan risalah pertemuan darurat The Fed "diperkirakan mencerminkan langkah pembuat kebijakan yang bersatu dan bersedia menggunakan semua alat yang tersedia untuk mendukung perekonomian. Namun, sedikit memperhatikan efek tingkat kedua atau bahaya moral.
Amerika Serikat saat ini merupakan negara dengan kasus positif virus corona terbesar di dunia mencapai lebih dari 500 ribu orang. Sebanyak 22 ribu orang AS telah meninggal akibat pandemi ini.