Bank of China memperkirakan transaksi perdagangan menggunakan valuta renminbi Tiongkok semakin meningkat. Hal ini dikarenakan nilai tukarnya terhadap rupiah lebih kompetitif dibandingkan dengan rupiah versus dolar Amerika Serikat.
Asisstant Country Manager Bank of China cabang Jakarta Du Qi Qi meyakini, peredaran renminbi ke depan terus meningkat. Alasannya, permintaan besar dari korporasi di dalam negeri membesar terutama mereka yang butuh suplai impor dari Tiongkok.
"Menurut saya, mereka akan memilih menggunakan renminbi dalam transaksinya pada masa mendatang sebab mata uang ini lebih stabil untuk mereka, sehingga dapat menghindari risiko nilai tukar yang tinggi," ujarnya, di Jakarta, Rabu (26/9).
(Baca juga: Apindo Minta Pemerintah Tingkatkan Perdagangan Pakai Valuta Lokal)
Du Qi Qi juga memperkirakan, adanya peningkatan transaksi didasari kepada semakin banyak perusahaan asal Tiongkok yang berinvestasi di Indonesia. Produk-produk dari hasil investasi tersebut akan diekspor kembali ke Tiongkok maupun negara lain.
"Jadi, saya pikir sangat berpotensi meningkat karena mungkin akan menggunakan renminbi sebagai mata uang dagang, jadi semakin banyak penggunaan renminbi," tutur dia.
Sementara itu, Country Manager Bank of China cabang Jakarta Zhang Chao Yang mengutarakan bahwa keistimewaan renminbi tampak sejak awal periode 2000-an. "Nilai tukar renminbi terhadap dolar AS tetap liberal. Sejak 2005, kurs RMB terhadap dolar AS cenderung naik," ujarnya.
Menurut laporan SWIFT International pada 2017, jumlah renminbi yang beredar di Indonesia mencapai RMB 215 miliar. Porsi yang diraup Bank of China dari jumlah RMB 215 miliar ini sekitar 60% atau setara RMB 125 miliar.
“Kami yakin hubungan antara Indonesia dan Tiongkok terus berlanjut dan semakin kuat. Dengan adanya pembiayaan RMB ini selain dari dolar AS maka ada bank, BUMN, dan perusahaan swasta lain dapat saling memfasilitasi untuk keberlangsungan bisnis,” kata Zhang.
(Baca juga: Perang Dagang AS-Tiongkok Memanas, RI Berpeluang Rebut Pasar Ekspor)
Secara umum, Bank of China membuka diri untuk terlibat dalam pembiayaan proyek di berbagai sektor, seperti konstruksi, pabrik pemurnian (smelter), maupun transportasi. Sebelumnya, Bank of China juga melakukan kerja sama dengan 50 bank di Indonesia.