Lima Langkah Memulai Investasi bagi Milenial

123RF.com/Thananit Suntiviriyanon
Ilustrasi investasi. Generasi muda harus mulai berinvestasi untuk meningkatkan kekayaan dan mencapai tujuan keuangannya di masa depan.
Penulis: Hari Widowati
16/11/2019, 10.15 WIB

Generasi milenial kerap dituding sebagai generasi yang lebih mengutamakan kenyamanan gaya hidup. Survei yang dilakukan oleh Luno, sebuah perusahaan pertukaran aset kripto, menyebut 69% generasi milenial tidak memiliki strategi investasi.

Padahal, investasi penting untuk meningkatkan kekayaan agar hidup kita lebih sejahtera di masa depan. Nah, sebenarnya apa yang dimaksud dengan investasi dan bagaimana cara berinvestasi? Simak penjelasan dari Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Legowo Kusumonegoro, berikut ini.

1. Memahami pengertian investasi

Menurut Legowo, investasi adalah kegiatan membeli aset atau produk untuk masa depan dengan harapan aset tersebut kelak dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. Artinya, aset tersebut memberikan keuntungan atau penghasilan di masa depan. Investasi pada aset apa saja yang bisa menghasilkan keuntungan? Misalnya, reksa dana, saham, obligasi, maupun properti.

2. Apa bedanya investasi dan menabung?

Sebagian generasi milenial merasa sudah berinvestasi karena memiliki tabungan di bank. Namun, ada perbedaan signifikan antara investasi dan menabung. "Untuk membahas pertanyaan ini, sebaiknya kita pahami dulu inflasi dan dan dampaknya terhadap uang kita," kata Legowo, di Jakarta.

Inflasi adalah kenaikan harga barang atau jasa dalam periode tertentu. Angka inflasi sering dinyatakan dalam satuan persentase. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, inflasi tahunan Oktober 2019 terhadap Oktober 2018 sebesar 3,20%. Hal ini berarti dalam setahun terakhir harga barang atau jasa naik sebesar 3,2%. Bisa juga diartikan bahwa daya beli uang kita menurun sebesar 3,2% dalam setahun terakhir.

Investasi maupun menabung merupakan kegiatan menyimpan uang yang dimiliki saat ini untuk di gunakan di masa depan. Bedanya, menabung bertujuan untuk menjaga uang kita tetap aman dan mudah digunakan untuk transaksi sewaktu-waktu. Tabungan di bank mendapatkan bunga relatif kecil sekitar 2%, itupun belum dikurangi pajak dan biaya administrasi. Dengan tingkat inflasi yang lebih tinggi daripada bunga tabungan, daya beli uang yang kita simpan di tabungan menurun karena tergerus inflasi.

Sementara itu, investasi berarti uang kita ditempatkan pada berbagai aset investasi, seperti saham, obligasi atau properti dengan harapan aset tersebut akan bekerja dan memberikan keuntungan yang lebih tinggi daripada inflasi. Dengan demikian, nilai uang kita pun akan terus bertambah.

(Baca: Peluang Investasi Emas Digital dan Aturan Mainnya di Bappebti)

Papan  informasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

3. Mengapa anak muda harus berinvestasi?

Legowo menyebut ada tiga alasan mengapa anak muda atau generasi milenial harus berinvestasi. Pertama, untuk meningkatkan kekayaan. "Gunakan uang Anda untuk membeli aset investasi yang akan terus bekerja," ujarnya. Jika tidak berinvestasi, kita akan kehilangan kesempatan untuk meningkatkan kekayaan.

Kedua, mewujudkan tujuan keuangan. Investasi dapat membantu Anda mencapai berbagai tujuan keuangan, seperti membeli mobil, rumah, memulai bisnis, menyiapkan dana pernikahan, dana untuk pendidikan anak, atau dana untuk liburan.

Ketiga, menciptakan gaya hidup. Legowo menyatakan, dengan berinvestasi sejak dini, generasi muda memiliki waktu yang cukup untuk belajar dan berproses sehingga tercipta gaya hidup yang sederhana. Tujuannya bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hari ini tetapi juga kebutuhan di masa depan. "Semakin panjang jangka waktunya, hasil investasi akan semakin optimal," katanya.

(Baca: E-Commerce Berperan Besar Dorong Lonjakan Investor Reksa Dana)

4. Apa saja jenis investasi yang cocok untuk anak muda?

Menurut Legowo, investasi yang paling cocok bagi anak muda adalah reksa dana. Alasan pertama, reksa dana merupakan sarana investasi yang paling terjangkau dan terdiversifikasi. Di era digital ini, investasi di reksa dana semakin mudah dan murah. Sudah ada berbagai perusahaan teknologi finansial (fintech) yang menjual reksa dana melalui aplikasi. Reksa dana juga bisa didapatkan di beberapa platform e-commerce.

Dana yang diinvestasikan mulai dari Rp 10 ribu. "Walaupun dananya minim, uang kita akan ditempatkan di beragam instrumen saham, obligasi maupun pasar uang sehingga risikonya pun lebih kecil," tutur Legowo.

Kedua, reksa dana memiliki tingkat imbal hasil dan risiko yang beragam. Saat ini ada empat jenis reksa dana yang dikenal masyarakat, yakni reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham.

Reksa dana pasar uang memiliki tingkat risiko paling rendah sedangkan reksa dana saham memiliki risiko paling tinggi. "Meskipun anak muda memiliki kecenderungan berani mengambil risiko, saya selalu menyarankan untuk mencoba berinvestasi mulai dari yang risikonya paling minim, yakni reksa dana pasar uang," ujarnya. Meskipun risikonya rendah, potensi imbal hasil reksa dana pasar uang lebih tinggi dibandingkan dengan tabungan dan deposito. Setelah paham seluk-beluk berinvestasi di reksa dana pasar uang, Anda bisa mencoba reksa dana pendapatan tetap, campuran, dan saham.

Ketiga, reksa dana merupakan instrumen investasi yang likuid, artinya dapat dicairkan kapan saja. Generasi muda pada umumnya memiliki tujuan keuangan yang ingin diwujudkan dalam jangka pendek, misalnya dana untuk membeli gawai (gadget) baru atau liburan. Dengan likuiditas yang dimiliki reksa dana, tidak perlu waktu lama jika kita ingin mencairkan investasi kita. Rata-rata prosesnya hanya perlu dua hari sampai tiga hari kerja.

Keempat, reksa dana merupakan produk investasi yang aman karena diawasi oleh OJK.

Ilustrasi investasi. (Donang Wahyu|KATADATA)

5. Menentukan strategi investasi

Pada umumnya, anak muda memiliki profil risiko yang agresif, cenderung ingin mendapatkan keuntungan tinggi dalam waktu singkat. Hal ini menyebabkan mereka memilih instrumen investasi yang berisiko tinggi meskipun belum paham betul soal instrumen tersebut, misalnya transaksi valuta asing (forex). Akibatnya, dana yang diinvestasikan malah ludes atau merugi.

Legowo menyarankan agar generasi muda menetapkan tujuan keuangannya lebih dulu. "Tidak perlu muluk-muluk, misalnya untuk liburan, membeli gadget atau uang muka pembelian rumah," kata Legowo.

Langkah berikutnya, menentukan target atau nilai yang ingin dicapai. Langkah ketiga adalah menentukan instrumen investasi sesuai tujuan keuangan dan profil risiko.

Langkah keempat, pay yourself first. Setelah menerima gaji, alokasikan dana untuk investasi. Setelah itu alokasikan dana untuk membayar utang dan kebutuhan sehari-hari. Legowo juga menekankan perlunya diversifikasi investasi dengan menempatkan investasi kita ke berbagai instrumen investasi, misalnya ada alokasi untuk pasar uang, obligasi, dan saham. Tujuannya untuk meminimalkan risiko kerugian. "Yang terakhir, jangan menunda investasi. Berinvestasilah sekarang juga," ujarnya.

(Baca: Dana Kelolaan Reksa Dana Tembus Rp 812 Triliun hingga Oktober 2019)