PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN berencana melakukan pembiayaan kembali atau refinancing obligasi yang bakal jatuh tempo pada semester I 2020. Hal tersebut merupakan upaya perusahaan dengan kode emiten BBTN itu untuk menurunkan beban bunga.
Direktur Keuangan BTN Nixon Napitupulu mengatakan nilai obligasi yang akan jatuh tempo hingga Juni 2020 mencapai Rp 5,3 triliun. Obligasi yang diterbitkan pada tempo 3-5 tahun lalu itu ada yang memiliki bunga mencapai 10,25%. "Berarti kalau kami reissue, bunga bisa menjadi 7,25%-7,5%. Bisa hemat fund avarage 150-200 basis poin," kata Nixon di Jakarta, Senin (17/2).
Selain itu, BTN bakal meninjau kembali nilai harga acuan atau repricing pinjaman bilateral yang nilainya mencapai Rp 10 triliun. Dengan repricing, Nixon mengatakan bisa menurunkan bunga sebesar 50 hingga 75 basis poin berdasarkan bunga refrenesi JIBOR.
(Baca: BTN Bidik Laba Kembali Capai Rp 3 T Tahun Ini Setelah Tergerus Drastis)
Dengan strategi pembiayaan tersebut, dia mengatakan BTN bisa menurunkan biaya dana alias cost of fund pada tahun ini. Dia memperkirakan, cost of fund bisa turun dari 6% menjadi 5,5% setelah refinancing pada dana wholesale.
Pada tahun lalu, BTN membukukan total beban bunga dan bagi hasil senilai Rp 16,75 triliun atau tercatat naik sekitar 31,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp 12,76 triliun. Hal itu menyebabkan pendapatan bunga dan bagi hasil bersih BTN pada 2019 turun 11,1% dari Rp 10 triliun menjadi Rp 8,9 triliun.
Padahal total pendapatan bunga dan bagi hasil BTN tahun lalu tercatat naik hingga 12,5% dari Rp 22,85 triliun menjadi Rp 25,71 triliun. Lebih jauh lagi, kenaikan beban bunga itu menjadi salah satu penyebab laba bersih BTN pada 2019 turun 92,5% dari Rp 2,8 triliun pada 2018 menjadi Rp 209,2 miliar.
(Baca: Laba Anjlok untuk Cadangan Kredit Seret, Harga Saham BTN Kian Tertekan)