Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara alias Danantara membantah kabar kerja sama lembaga tersebut dengan perusahaan properti PT Sentul City Tbk (BKSL).
“Enggak, kami (Danantara) enggak tau (soal kerja sama dengan BSKL),” ujar Chief Investment Officer (CIO) Danantara Pandu Patria Sjahrir, ketika ditanya wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (28/7).
Rumor terkait kerja sama antara Danantara dengan Sentul City di dua proyek besar sebelumnya beredar di antara investor pasar modal. Salah satunya adalah rencana pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) berbasis layanan kesehatan, yang disebut-sebut mengadopsi konsep dari Chengdu, Tiongkok. Lokasi proyek ini dikabarkan berada di atas lahan milik PT Sentul City Tbk (BKSL).
Tak hanya itu, Danantara juga dikabarkan akan bekerja sama dengan perusahaan asal Tiongkok dan BKSL dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Dalam kerja sama ini, BKSL disebut akan menyediakan lahan.
Meski demikian, Sentul City belum memberikan pernyataan resmi terkait kabar ini.
Adapun pengembang properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 1997 ini tercatat sebagai salah satu pemilik cadangan lahan terbesar di Indonesia. Menurut analis Mandiri Sekuritas, Robin Sutanto dan Danif Nouval Esfandiadari, BSKL menguasai lebih dari 14.000 hektare lahan yang tersebar di kawasan Jakarta Raya dan Jawa Barat.
Meski memiliki total landbank yang masif, saat ini baru sekitar 1.900 hektare yang dapat dimonetisasi Sentul City. Sisa lahan seluas 12.000 hektare berada di Jonggol dan aksesnya masih terbatas.
Di samping itu, BKSL juga telah melalui berbagai proses restrukturisasi dan pergantian manajemen. Dewan Direksi terbaru resmi dibentuk pada Juli 2025. Apabila sebelumnya perusahaan ini dikenal sebagai pengembang vila akhir pekan, sejak tahun fiskal 2022 BKSL mulai mengalihkan fokus ke segmen pembeli rumah utama. Mayoritas konsumennya berasal dari Bekasi, Jakarta Timur, dan Bogor, dengan tingkat pembiayaan hipotek yang mencapai 74%.
“Perubahan strategi ini diharapkan dapat mendorong peningkatan tingkat hunian dan ekosistem kawasan,” tulis Robin dan Danif dalam risetnya, dikutip Senin (28/7).
Keterlibatan Mitra Strategis
Analis Mandiri Sekuritas mencatat, terdapat mitra strategis dalam pengembangan PT Sentul City Tbk (BKSL). Mandiri Sekuritas mencatat dinamika ini mulai terlihat sejak tahun fiskal 2022, ketika kesepakatan mengenai kelanjutan proyek Opus Park kembali berjalan. Proyek mixed-use yang merupakan kolaborasi dengan grup Jepang-Indonesia—Sumitomo, Hankyu Hanshin, dan Panasonic Gobel—sebenarnya telah rampung dibangun pada 2018, tetapi sempat tertunda akibat tekanan likuiditas.
Proyek tersebut kemudian dilanjutkan kembali pada 2023. Mandiri Sekuritas menyebut momentum itu berlanjut dengan penunjukan Hiramsyah Sambudhy Thaib sebagai CEO BKSL efektif per Juli 2025. Hiramsyah saat ini menjabat sebagai Presiden Direktur dan CEO Grup Gobel International dan langkah ini dinilai memperkuat terlibatnya Grup Gobel dalam arah strategis BKSL ke depan.
“Namun, pada tahap ini, manajemen tidak dapat memberikan rincian lebih lanjut mengenai proyek-proyek tambahan dengan mitra-mitra tersebut,” tulis analis Mandiri Sekuritas.
Mandiri Sekuritas juga menyebut Sentul City kini makin diuntungkan dengan perbaikan infrastruktur di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sejak Juni 2025, kawasan ini sudah terhubung langsung ke Jakarta lewat rute TransJakarta P11 (Blok M–Bogor) yang berhenti di Bellanova Country Mall, dekat gerbang tol Sentul City. Selain itu, akses ke Sentul diperkirakan akan semakin mudah dengan rencana pembangunan tol Sentul–Cipanas dan perluasan jalur LRT Jakarta Raya.
Seiring peningkatan akses, penjualan properti Sentul City juga ikut naik. Mandiri Sekuritas mengatakan pada tahun 2024, nilai prapenjualan perusahaan melonjak 30,4% menjadi Rp 1,3 triliun. Tahun ini, analis Mandiri Sekuritas menyebut perusahaan menargetkan prapenjualan mencapai Rp 2 triliun atau naik sekitar 54% dibanding tahun sebelumnya.
“Namun, perlu dicatat bahwa penjualan pra-penjualan pada kuartal I 2025 turun 41% yoy,” tambahnya.
Mandiri Sekuritas menyebut proyek on-going BSKL saat ini adalah Spring Garden, yang menjual rumah dengan harga mulai dari Rp 680 juta hingga Rp 2,7 miliar. Harga tanah per meter persegi berada di kisaran Rp 9–11 juta, sedangkan harga bangunan rata-rata sekitar Rp 8 juta per meter persegi.