Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG melaju menuju level 7.500 pada penutupan perdagangan Rabu (23/7). IHSG ditutup naik 1,70% ke level 7.469, mencetak rekor tertinggi sejak awal tahun (year to date).

Geliat Indeks Harga Saham Gabungan I(HSG) menuju level 7.500 tidak ditopang  oleh saham-saham bluechip seperti saham sektor perbankan. Satu pekan terakhir, IHSG digendong oleh saham emiten milik konglomerat Tanah Air seperti seperti Prajogo Pangestu dari Grup Barito, Anthony Salim dari Grup Salim hingga Toto Sugiri.

Pada perdagangan Rabu (23/7), kapitalisasi pasar dipimpin oleh saham dari konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dengan nilai Rp 1.046 triliun. Setelah itu barulah dilanjutkan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan kapitalisasi market sebesar Rp 1.038 triliun. 

Ada pula saham konglomerat Toto Sugiri, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dengan kapitalisasi market sebesar Rp 826,5 triliun serta saham Prajogo lainnya PT CHandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dengan kapitalisasi market sebesar Rp 782,92 triliun.

Analis MNC Sekuritas Hijjah Marhama, atau kerap disapa Rahma memandang, lesunya saham-saham dan perbankan raksasa terjadi karena rendahnya likuiditas di sektor tersebut. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) masih bergerak terbatas. 

“Dalam 3 tahun terakhir loan growth (pertumbuhan kredit) kita per juni 2025 terendah di level 7.77%, terendah sebelumnya di bulan juni 2023 di level 7.8%,” ujar Rahma ketika dihubungi Katadata.co.id pada Rabu (23/7). 

Rahma melanjutkan, sektor perbankan tengah menghadapi banyak tantangan makroekonomi dalam beberapa waktu terakhir. Seperti rendahnya konsumsi masyarakat, Tingginya inflasi dan suku bunga hingga melonjaknya non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah bank. 

“Sulit untuk banking tumbuh tahun ini,” ujarnya.

Dalam analisisnya, Rahma menyampaikan, meskipun suku bunga mulai memasuki tren penurunan, namun loan growth masih belum merespon dengan menaikkan persentase. Menurut dia, daya konsumsi masyarakat yang terjadi selama bulai Mei hingga Juni 2025 menjadi yang terendah sejak Oktober 2024. 

Di lain sisi, Head of Research Korea Investment dan Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi memandang, kenaikan IHSG karena sejak awal tahun ada banyak aksi korporasi yang dilakukan oleh saham-saham milik konglomerat Tanah Air. Akibatnya, ekspektasi investor meningkat terhadap investasi saham.

Kendati demikian, Wafi memandang potensi rotasi sektoral dari saham-saham konglomerat kembali ke saham bluechip seiring pulihnya perekonomian dan valuasi saham konglomerat yang relatif sudah mahal. 

Pada perdagangan Rabu ini, saham-saham perbankan terpantau naik tipis. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,3% atau 25 poin ke level 8.425, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 0,43% atau 20 poin ke level 4.680, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,23% atau 50 poin kelebel 4.100. Sementara itu saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) justru terkoreksi 1,04% atau 40 poin ke level 3.800.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Karunia Putri