Indeks Harga Saham Gabungan berada pada level 5.861,2 pada penutupan perdagangan awal pekan ini, Senin (13/8). Dengan kata lain IHSG mengalami koreksi 3,55% setara 215,9 poin.
Pergerakan IHSG itu terpengaruh sentimen negatif dari krisis yang terjadi di Turki. “Krisis timbul akibat penerapan kenaikan tarif baja dan aluminium dari Turki," kata Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji kepada Katadata, Senin (13/8).
Menurutnya, otoritas keuangan di Turki belum melakukan langkah preventif maupun reaktif yang memadai seiring kurs lira yang semakin tersungkur di hadapan dolar AS. Bloomberg mencatat, nilai tukar lira di level 6.8463 lira per dolar AS atau melemah 6,44%.
Gejolak di Turki berdampak pula kepada negara-negara yang kondisi keuangannya serupa, seperti Indonesia. Ya, rupiah semakin tertekan terhadap dolar AS bahkan sempat menyentuh Rp 14.699,8 per dolar AS.
"Minim pula sentimen positif dari dalam negeri, apalagi melebarnya defisit transaksi berjalan hingga setara 3% dari PDB turut menekan IHSG," tutur Nafan.
Sementara itu, Analis Kresna Securities William Mamudi menjelaskan, rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump menaikkan tarif logam dari Turki membuat investor cemas. "IHSG rawan profit taking memang," katanya saat dihubungi Katadata secara terpisah.
Analis Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe memprakirakan, sentimen negatif akibat krisis di Turki terhadap indeks saham bersifat sementara. Menurutnya, IHSG bisa kembali ke level di atas 6.000. "Besok juga berakhir," ujar dia.
Kiswoyo menyarankan agar para pelaku pasar membeli kembali saham, mengingat fundamental ekonomi di dalam negeri tetap baik tampak dari level inflasi yang relatif rendah.
Kepala salah satu bank Turki, Turkiye Is Bankasi, Adnan Bali mengatakan bahwa pemerintah Turki harus bertindak cepat untuk menyelamatkan nilai tukar lira.
"Sekarang saatnya bertindak, bukan kata-kata. Pasar sedang menghukum negara karena kurang tindakan yang cukup,” tuturnya mengutip Bloomberg, Senin (13/8).
Pelemahan nilai tukar lira Turki terimbas sanksi dan tarif impor baja maupun alumunium oleh pemerintah Amerika Serikat selama dua pekan terakhir. Sebelumnya Presiden Turki Recep Erdogan menolak pembebasan pendeta AS dari tahanan atas tuduhan kudeta yang gagal pada 2016. Hal ini berujung kepada perseteruan di antara dua kepala negara.