Katadata Market Sentiment Index (KMSI) memprediksi indeks harga saham gabungan (IHSG) pada bulan terakhir tahun ini masih dalam tren menurun atau bearish.
Tren ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang masih menunjukkan perlambatan karena dampak dari perang dagang yang berkepanjangan bahkan berpotensi meluas, serta ketidakpastian kondisi geopolitik.
“IHSG diperkirakan akan sangat bergantung pada kinerja ekonomi pada Desember ini. Bila tidak ada perbaikan yang signifikan, terutama di sektor riil, maka periode bearsih masih akan berlanjut,” tulis laporan KMSI yang dirilis oleh Katadata Insight Center (KIC), Rabu (11/12).
Adapun IHSG pada November anjlok sebesar 216,49 poin atau 3,48% dari level 6.228,32 pada penutupan Oktober menjadi 6.011,83. Koreksi pada periode ini terutama didorong oleh indeks sektor pertambangan yang merosot hingga 9,52%, properti 7,61%, dan infrastruktur 6,46%.
(Baca: Katadata Market Index: Ekonomi Global Melambat, IHSG November Bearish)
Padahal, pada Oktober IHSG sempat memutus rantai koreksinya sepanjang tahun ini dengan naik 59,22 poin atau 0,96% dari level 6.169,1 pada akhir September. Namun kondisi perekonomian yang masih lesu, yang tercermin dari rendahnya daya beli masyarakat, memberikan tekanan yang cukup besar terhadap pasar saham domestik.
Sektor pertambangan menjadi salah satu sektor yang paling tertekan sepanjang tahun ini. Secara year to date (ytd) hingga November 2019, sektor ini anjlok 21,31%. Koreksi sektor ini dipengaruhi oleh permintaan yang melemah serta harga komoditas tambang yang tertekan.
Sementara itu sektor properti, tahun ini masih naik 8,17% meski bulan lalu turun hingga 7,61%. Sama halnya dengan infrastruktur yang masih naik 3,65%. Hal ini seiring dengan berlanjutnya proyek-proyek infrastruktur di Indonesia.
Lemahnya daya beli masyarakat juga membuat sektor manufaktur anjlok 12,98% tahun ini. Penjualan mobil dan motor yang turun sepanjang November semakin membebani saham-saham di sektor ini. Bulan lalu penjualan mobil turun 9,5% secara tahunan, sedangkan penjualan motor turun 2%.
(Baca: Daya Beli Melemah, Pertumbuhan Industri Makanan Terkoreksi)
Harga saham produsen otomotif pun berguguran. Seperti Astra International (ASII), sepanjang tahun ini, hingga 30 November 2019, harga sahamnya telah turun hingga 20,97% dari Rp 8.225 per saham pada akhir 2018 menjadi Rp 6.500 pada akhir November.
Indikasi lemahnya daya beli masyarakat juga tercermin dari kinerja sektor konsumer yang menjadi sektor dengan kinerja terburuk sepanjang tahun ini. Hingga November 2019 saham-saham di sektor ini sudah terkoreksi 21,9% atau lebih tinggi dari sektor pertambangan. Sedangkan secara bulanan, sektor ini turun 5,46%.
Sementara itu sektor keuangan relatif stabil meski terkoreksi 0,39% sepanjang November. Bahkan sektor ini menjadi salah satu sektor penopang IHSG tahun ini bersama sektor industri dasar, properti, dan infrastruktur. Sektor keuangan naik 8,34%, industri dasar 8,72%, properti 8,17%, dan infrastruktur 3,65%.
Adapun dari ranah politik tidak memberikan sentimen apapun ke pasar saham dengan kondisinya yang stabil pasca pemilu dan pilpres. Jika kondisi di sektor riil tidak membaik, IHSG masih akan terkoreksi hingga akhir tahun ini. Adapun laporan KMSI Desember 2019 selengkapnya dapat diunduh di tautan ini.
(Baca: Meski ada Gejolak Global, OJK Klaim Pasar Modal Nasional Masih Positif)