PTBA dan Pertamina Bangun Proyek Gasifikasi Batu Bara di Tanjung Enim

www.ptba.co.id
Ilustrasi, aktivitas pertambangan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). PTBA dan Pertamina batal membangun proyek gasifikasi batu bara di Peranap, Riau.
Editor: Ratna Iskana
23/12/2019, 19.49 WIB

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan Pertamina memilih membangun proyek gasifikasi batu bara di Tanjung Enim Sumatera Selatan dibandingkan di Peranap Riau. Sebab, infrastruktur di Tanjung Enim lebih mendukung pembangunan proyek tersebut.

Selain itu, kualitas batu bara di Tanjung Enim juga lebih baik sehingga biaya operasional atau operating expense (opex) lebih efisien. "Dari hasil studi kami putuskan akan bangun gasifikasi di Tanjung Enim. Ini terkait infrastruktur, opex, dan capex (capital expenditure) yang lebih efisien," kata Direktur Utama Bukit Asam Arvyan Arifin saat Media Gethering, di Jakarta, Senin (23/12).

PTBA akan segera melakukan desain awal (Front and Engineering Design/ FEED). Setelah itu, perusahaan bakal melaksanakan kontrak rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (EPC), dan pengerjaan konstruksi. Proyek yang menelan biaya investasi sebesar US$ 3,5 miliar itu ditargetkan bisa beroperasi pada 2023.

Selain menggandeng Pertamina, PTBA juga menggandeng perusahaan asal Amerika Serikat (AS) Air Product and Chemical Inc. Perusahaan tersebut pada 2018 mengakuisisi paten atau teknologi gasifikasi batu bara Shell.

Nantinya, ketiga perusahaan akan membentuk perusahaan patungan (joint vanture). Untuk proyek gasifikasi upstream mayoritas saham akan dimiliki oleh Air Product.

Pasalnya, proyek upstream dinilai memiliki nilai investasi dan risiko yang lebih tinggi. Adapun, untuk upstream batu bara nantinya akan menghasilkan gas

 Baca: Bukit Asam Targetkan Produksi Batu Bara Tahun Depan Capai 30 Juta Ton)

Sedangkan, untuk proyek downstream Pertamina dan PTBA memiliki saham mayoritas. Pada proses downstream gas akan diolah mejadi dimethyl ether (DME) sebagai subtitusi liquified petroleum gas (LPG), dan methanol untuk mendukung program biodiesel 30% (B30), amonia, maupun pupuk.

"Kami akan bagi tugas dalam joint venture, kami membangun industrinya, Pertamina akan menjadi offtaker (pembeli). Kami sedang berunding terkait jumlah produksi dan harganya," ujarnya.

Di sisi lain, PTBA tetap mengembangkan wilayah pertambangan di Peranap dengan membangun proyek hilirisasi. Salah satu proyeknya yaitu menuruskan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Riau I.

Pihaknya saat ini sedang menunggu tanggapan atas surat yang diberikan kepada PLN, untuk menggarap proyek itu. Proyek Riau I sebelumnya digarap PLN dengan Blackgold Natural Resources, tapi terganjal karena kasus korupsi.

Lebih lanjut, Arvyan pun mengatakan belanja modal perusahaan tahun depan sebagian besar akan digunakan untuk hiliriasi, yaitu sebesar Rp 4,5 triliun, Nilai tersebut lebih kecil 10% dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 5 triliun.

(Baca: Pertamina Lanjutkan Proyek Gasifikasi Batu Bara dengan PTBA)

Reporter: Fariha Sulmaihati