Tambahan Korban Meninggal Corona New York Turun, Wall Street Melesat

ANTARA FOTO/REUTERS/Brendan McDermid/ama/cf
Lantai bursa New York Stock Exchange (NYSE). Wall Street melonjak lebih dari 7% pada perdagangan Senin (6/4) setelah jumlah korban meninggal harian di New York turun untuk pertama kalinya, menyuntikkan harapan kepada investor.
Penulis: Happy Fajrian
7/4/2020, 06.52 WIB

Bursa saham Amerika Serikat (AS) di Wall Street, New York City, naik signifikan pada penutupan perdagangan Senin (6/4) waktu setempat atau Selasa pagi waktu Indonesia.

Ketiga indeks utama AS naik lebih dari 7% seiring dengan turunnya jumlah korban meninggal harian di New York, yang merupakan zona merah terparah pandemi corona di AS, yang menyuntikkan harapan kepada investor.

“Melihat pasar meroket seperti ini, meskipun fundamentalnya terus berjatuhan, pasar telah berharap enam bulan dari sekarang bursa akan kembali ke jalur positif,” ujar Kepala Strategi Investasi CFRA Research Sam Stovall, seperti dikutip Reuters, Selasa (7/4).

Pada Minggu (5/4) jumlah korban meninggal harian akibat virus corona alias Covid-19 turun menjadi 594, dibandingkan 630 hari sebelumnya. Sementara pada Senin ada tambahan 599 pasien meninggal di New York.

(Baca: Wall Street Diramal Makin Anjlok, AS Kebut UU Bantuan Tunai Bagi Warga)

Meski demikian, jumlah kematian akibat Covid-19 di AS diprediksi akan segera mencapai puncaknya dengan jumlah pasien corona yang meninggal akan menembus angka 10.000 orang.

Indeks Dow Jones ditutup naik 7,59%, S&P 500 naik 6,95%, sedangkan Nasdaq Composite naik 7,33%. Kenaikan ini merupakan rekor kenaikan harian tertinggi bagi masing-masing indeks sejak 24 Maret 2020.

Seluruh saham dalam indeks Dow Jones berakhir lebih tinggi, dipimpin saham Boeing yang melesat hingga 19,47%. Adapun saham-saham teknologi dan alat-alat pertahanan pada indeks ini menjadi sektor dengan kinerja terbaik tahun ini, naik lebih 8%.

Sementara itu indeks saham perbankan S&P 500 melonjak 8,21% yang merupakan kinerja terbaiknya dalam beberapa pekan terakhir. Sedangkan indeks kepanikan investor Wall Street turun ke level terendahnya dalam dua minggu terakhir.

(Baca: Virus Corona Jadi Pandemi Global, Wall Street Jatuh ke Zona Bearish)

Meski naik hampir 7%, indeks S&P 500 masih terkoreksi 21% dari level tertingginya pada pertengahan Februari. Perusahaan-perusahaan S&P 500 akan memasuki musim resesi dan akan mengalami penurunan profit hingga kuartal II tahun ini.

Turunnya profit dipicu oleh turunnya permintaan pada jasa penerbangan, barang-barang mewah dan industri. Adapun pada kuartal I pendapatan perusahaan-perusahaan S&P 500 diprediksi turun 6% secara tahunan.

Saham perusahaan pemilik aplikasi video conference, Zoom, turun 4,1% yang dipicu kekhawatiran terkait kerahasiaan data pengguna serta meningkatnya kompetisi dari pesaing mereka yang berkantong lebih tebal.

Total perdagangan saham di Wall Street tercatat mencapai 12,62 miliar saham, atau anjlok dibandingkan rata-rata 20 hari perdagangan terakhir yang mencapai 15,52 miliar saham.

(Baca: Kematian akibat Corona di AS Bertambah, Wall Street Justru Melesat)