Test ProPS Startup

ANTARA FOTO/REUTERS/Kai Pfaffenbach/wsjdj
Kai Pfaffenbach Johanna dan Phillipp Sofsky mendengarkan petugas catatan sipil Astrid Born saat upacara pernikahan keduanya di kantor catatan sipil sementara, ditengah wabah penyakit virus corona (COVID-19) yang masih berlanjut, di Hanau, Jerman, Sabtu (2/5/2020).
Penulis: Christine Sani
Editor: Arsip
24/8/2020, 14.18 WIB

Pagi, sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia bagian tengah, para petani nira Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjalan kaki menyibak kabut. Mereka menuju kebun aren di kawasan hutan untuk menyadap nira. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1-2 km saja.

Sesampainya di kebun, para petani menyiapkan alat sadap seperti pisau penyadap, jerigen, daun kayu, dan plastik bening untuk wadah hasil sadapan. Ada proses unik dalam menyadap. Tandan ditoki-toki dulu, atau diketuk-ketuk lembut untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah baru dipotong supaya getah keluar.

Untuk sekali sadap, masing-masing petani bisa menyadap dua sampai tujuh pohon paling banyak. Butuh waktu kurang lebih dua jam untuk mengumpulkan nira. Setelah nira terkumpul, mereka kembali ke rumah untuk mengolah nira. 

Pagi, sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia bagian tengah, para petani nira Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjalan kaki menyibak kabut. Mereka menuju kebun aren di kawasan hutan untuk menyadap nira. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1-2 km saja.

Sesampainya di kebun, para petani menyiapkan alat sadap seperti pisau penyadap, jerigen, daun kayu, dan plastik bening untuk wadah hasil sadapan. Ada proses unik dalam menyadap. Tandan ditoki-toki dulu, atau diketuk-ketuk lembut untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah baru dipotong supaya getah keluar.

Untuk sekali sadap, masing-masing petani bisa menyadap dua sampai tujuh pohon paling banyak. Butuh waktu kurang lebih dua jam untuk mengumpulkan nira. Setelah nira terkumpul, mereka kembali ke rumah untuk mengolah nira. 

Pagi, sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia bagian tengah, para petani nira Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjalan kaki menyibak kabut. Mereka menuju kebun aren di kawasan hutan untuk menyadap nira. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1-2 km saja.

Sesampainya di kebun, para petani menyiapkan alat sadap seperti pisau penyadap, jerigen, daun kayu, dan plastik bening untuk wadah hasil sadapan. Ada proses unik dalam menyadap. Tandan ditoki-toki dulu, atau diketuk-ketuk lembut untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah baru dipotong supaya getah keluar.

Untuk sekali sadap, masing-masing petani bisa menyadap dua sampai tujuh pohon paling banyak. Butuh waktu kurang lebih dua jam untuk mengumpulkan nira. Setelah nira terkumpul, mereka kembali ke rumah untuk mengolah nira. 

Pagi, sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia bagian tengah, para petani nira Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjalan kaki menyibak kabut. Mereka menuju kebun aren di kawasan hutan untuk menyadap nira. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1-2 km saja.

Sesampainya di kebun, para petani menyiapkan alat sadap seperti pisau penyadap, jerigen, daun kayu, dan plastik bening untuk wadah hasil sadapan. Ada proses unik dalam menyadap. Tandan ditoki-toki dulu, atau diketuk-ketuk lembut untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah baru dipotong supaya getah keluar.

Untuk sekali sadap, masing-masing petani bisa menyadap dua sampai tujuh pohon paling banyak. Butuh waktu kurang lebih dua jam untuk mengumpulkan nira. Setelah nira terkumpul, mereka kembali ke rumah untuk mengolah nira. 

Pagi, sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia bagian tengah, para petani nira Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjalan kaki menyibak kabut. Mereka menuju kebun aren di kawasan hutan untuk menyadap nira. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1-2 km saja.

Sesampainya di kebun, para petani menyiapkan alat sadap seperti pisau penyadap, jerigen, daun kayu, dan plastik bening untuk wadah hasil sadapan. Ada proses unik dalam menyadap. Tandan ditoki-toki dulu, atau diketuk-ketuk lembut untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah baru dipotong supaya getah keluar.

Untuk sekali sadap, masing-masing petani bisa menyadap dua sampai tujuh pohon paling banyak. Butuh waktu kurang lebih dua jam untuk mengumpulkan nira. Setelah nira terkumpul, mereka kembali ke rumah untuk mengolah nira. 

Pagi, sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia bagian tengah, para petani nira Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjalan kaki menyibak kabut. Mereka menuju kebun aren di kawasan hutan untuk menyadap nira. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1-2 km saja.

Sesampainya di kebun, para petani menyiapkan alat sadap seperti pisau penyadap, jerigen, daun kayu, dan plastik bening untuk wadah hasil sadapan. Ada proses unik dalam menyadap. Tandan ditoki-toki dulu, atau diketuk-ketuk lembut untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah baru dipotong supaya getah keluar.

Reporter: Christine Sani