Pertama kali dalam sejarah harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) atau WTI untuk kontrak Mei anjlok di bawah US$ 0 per barel pada penutupan perdagangan Senin (20/4). Melansir Reuters, harga minyak menutup perdagangan dengan minus US$ 37,63 per barel. Hal ini karena rendahnya permintaan dan pasokan yang menumpuk akibat pandemi virus corona.
Dalam berita Reuters juga disebut anjloknya harga minyak karena pedagang putus asa dan sampai membayar pembeli demi mengurangi pasokan minyak yang tak mampu ditampung lagi. Permintaan minyak mentah dunia memang turun 30% karena pembatasan pergerakan manusia guna mengurangi dampak sebaran virus covid-19.
Tak cuma WTI, harga minyak mentah Brent juga mengalami penurunan dari US$ 2,51 per barel menjadi US$ 25,57 per barel atau turun 9%.
Penurunan signifikan harga minyak mentah dunia ini tetap terjadi setelah OPEC dan Rusia berusaha menekan produksi hingga 9,7 juta barel per hari. Keputusan ini akan berlangsung pada Mei mendatang.
Mesekipun begitu, harga minyak mentah per Selasa (21/4) pukul 09.15 WIB mulai beranjak naik. Melansir Bloomberg, WTI untuk kontrak Mei naik 103% menjadi US$ 1,46 per barel. Sementara harga minyak Brent untuk kontrak Juni naik tipis 0,23% ke level US$ 25,63 per barel.
Bagi yang terbiasa mengikuti perdagangan minyak dunia, tentu tak asing dengan penyebutan WTI dan Brent. Keduanya adalah instrument dalam perdagangan minyak dunia. Namun bagi yang tak terbiasa akan terasa asing dengan WTI dan Brent.
(Baca: Pertama Kali dalam Sejarah Harga Minyak Anjlok di Bawah US$ 0)
Mengenal WTI dan Brent
WTI adalah kependekan dari West Texas Intermediate. Melansir Investopedia WTI digunakan sebagai standar perdagangan minyak di AS. Sumber minyak WTI berasal dari ladang minyak utama AS di wilayah Texas, Louisiana dan Dakota Utara. Pasar utama WTI di negara-negara benua Amerika.
Sementara Brent atau Brent Crude digunakan sebagai tolok ukur harga minyak dunia karena tempat penyimpanan dan pasarnya yang luas di seluruh dunia. Brent dihasilkan dari kilang minyak di wilayah Laut Utara Eropa, di antara Pulau Shetland dan Norwegia.
Jenis minyak Brent yang dikenal antara lain Brent Blend, Forties Blend, Oseberg, dan Ekofisk atau dikenal dengan BFOE. Dalam dunia perdagangan, mintak Brent ditandai dengan Brent Blend, London Brent dan Brent Petroleum.
Mula kemunculan WTI dan Brent sebagai tolok ukur perdagangan minyak dunia sejak organisasi negara pengekspor minyak dunia (OPEC) menyerahkan sepenuhnya harga minyak kepada sentimen pasar. Artinya harga tak ditentukan lagi, melainkan dibiarkan berfluktuasi sesuai kebutuhan dan permintaan pasar.
(Baca: Harga Minyak Anjlok, Pengamat: BBM Bisa Turun Rp 1.500/liter)
Perbedaan WTI dan Brent
Walaupun sama-sama menjadi tolok ukur perdanganan minyak dunia, tapi WTI dan Brent memiliki karakteristik yang berbeda. Brent digunakan oleh negara-negara anggota OPEC sebagai tolok ukur, maka cakupannya lebih luas dibanding WTI yang di negara Amerika.
Dari sisi lokasi distribusi, Brent yang letak produksinya di laut didistribusikan melalui kapal dengan ongkos lebih terjangkau. Sedangkan WTI yang letak produksinya di tengah Kawasan dataran rendah Amerika memiliki jalur distribusi lebih panjang, sehingga ongkosnya lebih besar.
Dengan cakupan pasarnya yang lebih luas, harga Brent lebih terpengaruh kondisi geopolitik global dibandingkan dengan WTI. Meskipun begitu, harga keduanya sebenarnya saling berkaitan. Jika harga WTI naik, Brent juga naik. Begitupun sebaliknya.
Minyak brent berkarakteristik sweet light crude oil atau manis dan ringan. Ringan yang dimaksud di sini, adalah tekstur kepadatannya relative rendah. Manis karena kandungan belerangnya rendah. WTI pun memiliki karakteristik sama. Bedanya, WTI memiliki kandungan belerang lebih rendah. Oleh karena itu, WTI lebih banyak digunakan untuk bensin, sementara Brent untuk solar.
(Baca: Usai Anjlok Hingga Minus, Harga Minyak Perlahan Bangkit Jadi US$ 1,4)