Test ProPS Investasi Hijau

ANTARA FOTO/REUTERS/Valentyn Ogirenko /wsj/dj
Valentyn Ogirenko Ihor Ponormarchuk, tentara Ukraina yang terluka saat konflik militer di wilayah timur, dan mempelai wanita Anna Diolomina mengenakan masker saat tiba untuk upacara pernikahan di Rumah Sakit Klinik Militer Utama ditengah wabah penyakit virus corona (COVID-19) di Kiev, Ukraina, Sabtu (2/5/2020).
Penulis: asda
22/7/2020, 14.12 WIB

Pagi, sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia bagian tengah, para petani nira Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjalan kaki menyibak kabut. Mereka menuju kebun aren di kawasan hutan untuk menyadap nira. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1-2 km saja.

Sesampainya di kebun, para petani menyiapkan alat sadap seperti pisau penyadap, jerigen, daun kayu, dan plastik bening untuk wadah hasil sadapan. Ada proses unik dalam menyadap. Tandan ditoki-toki dulu, atau diketuk-ketuk lembut untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah baru dipotong supaya getah keluar.

Untuk sekali sadap, masing-masing petani bisa menyadap dua sampai tujuh pohon paling banyak. Butuh waktu kurang lebih dua jam untuk

Pagi, sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia bagian tengah, para petani nira Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjalan kaki menyibak kabut. Mereka menuju kebun aren di kawasan hutan untuk menyadap nira. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1-2 km saja.

Sesampainya di kebun, para petani menyiapkan alat sadap seperti pisau penyadap, jerigen, daun kayu, dan plastik bening untuk wadah hasil sadapan. Ada proses unik dalam menyadap. Tandan ditoki-toki dulu, atau diketuk-ketuk lembut untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah baru dipotong supaya getah keluar.

Untuk sekali sadap, masing-masing petani bisa menyadap dua sampai tujuh pohon paling banyak. Butuh waktu kurang lebih dua jam untuk

Pagi, sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia bagian tengah, para petani nira Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjalan kaki menyibak kabut. Mereka menuju kebun aren di kawasan hutan untuk menyadap nira. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1-2 km saja.

Sesampainya di kebun, para petani menyiapkan alat sadap seperti pisau penyadap, jerigen, daun kayu, dan plastik bening untuk wadah hasil sadapan. Ada proses unik dalam menyadap. Tandan ditoki-toki dulu, atau diketuk-ketuk lembut untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah baru dipotong supaya getah keluar.

Untuk sekali sadap, masing-masing petani bisa menyadap dua sampai tujuh pohon paling banyak. Butuh waktu kurang lebih dua jam untuk

Pagi, sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia bagian tengah, para petani nira Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjalan kaki menyibak kabut. Mereka menuju kebun aren di kawasan hutan untuk menyadap nira. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1-2 km saja.

Sesampainya di kebun, para petani menyiapkan alat sadap seperti pisau penyadap, jerigen, daun kayu, dan plastik bening untuk wadah hasil sadapan. Ada proses unik dalam menyadap. Tandan ditoki-toki dulu, atau diketuk-ketuk lembut untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah baru dipotong supaya getah keluar.

Untuk sekali sadap, masing-masing petani bisa menyadap dua sampai tujuh pohon paling banyak. Butuh waktu kurang lebih dua jam untuk

Pagi, sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia bagian tengah, para petani nira Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjalan kaki menyibak kabut. Mereka menuju kebun aren di kawasan hutan untuk menyadap nira. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1-2 km saja.

Sesampainya di kebun, para petani menyiapkan alat sadap seperti pisau penyadap, jerigen, daun kayu, dan plastik bening untuk wadah hasil sadapan. Ada proses unik dalam menyadap. Tandan ditoki-toki dulu, atau diketuk-ketuk lembut untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah baru dipotong supaya getah keluar.

Untuk sekali sadap, masing-masing petani bisa menyadap dua sampai tujuh pohon paling banyak. Butuh waktu kurang lebih dua jam untuk

Pagi, sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia bagian tengah, para petani nira Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjalan kaki menyibak kabut. Mereka menuju kebun aren di kawasan hutan untuk menyadap nira. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1-2 km saja.

Sesampainya di kebun, para petani menyiapkan alat sadap seperti pisau penyadap, jerigen, daun kayu, dan plastik bening untuk wadah hasil sadapan. Ada proses unik dalam menyadap. Tandan ditoki-toki dulu, atau diketuk-ketuk lembut untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah baru dipotong supaya getah keluar.

Untuk sekali sadap, masing-masing petani bisa menyadap dua sampai tujuh pohon paling banyak. Butuh waktu kurang lebih dua jam untuk