Medco Energy menyatakan perusahaan memiliki minat besar untuk pengembangan Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP). Namun, harga beli listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dianggap terlalu rendah sehingga kurang menguntungkan bagi perusahaan.
Direktur Utama Medco Hilmi Panigoro mengatakan biaya pengembangan PLTP bisa mencapai jutaan dolar. "Ekspansi itu tarifnya besar US$ 5 juta per megawatt (MW) jadi kalau tarif terlalu rendah berat kami investasi," ujar dia di Jakarta, Rabu (14/8).
Ia pun mencontohkan PLTP Sarulla di Tapanuli Utara yang mendapatkan harga beli listrik 6,78 sen per kwh sedangkan biaya pokok penyediaan setempat 10,2 sen per kwh. "Artinya panas bumi dan renewable dihargai 60% dari harga listrik," ujarnya.
(Baca: Jusuf Kalla Sentil Jonan dan PLN soal Pengembangan Energi Terbarukan)
Maka itu, ia meminta adanya pembenahan terkait harga beli listrik. Dengan begitu, perusahaan pun tertarik untuk mengembangkan PLTP. "Pengusaha sederhana kasih kami return yang cocok,” ujarnya. Ia pun tidak menutup kemungkinan Medco ikut dalam lelang Wilayah Kerja Panas Bumi yang digelar pemerintah bila sistem harganya sesuai.
Tingginya biaya investasi dalam pengembangan PLTP juga sempat disinggung Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi FX Sutijastoto. Biaya investasi PLTP tinggi karena menggunakan teknologi terbaru.
(Baca: Pertamina Butuh Rp 38 T Bangun Pembangkit Panas Bumi hingga 2026)
Menurut dia, ini yang menyebabkan pengembangan PLTP berjalan lambat. Penyebab lainnya, PLN tak mampu membeli listrik dari PLTP karena daya beli masyarakat yang rendah. "Kalau negara maju pendapatannya cukup tinggi, daya beli tinggi, itu ada terobosan, (biaya) diserahkan ke konsumen,” ujarnya, Selasa (13/8) lalu.