Anak Usaha Amazon Ungkap Manfaat 5G untuk Startup hingga Korporasi

ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY
Ilustrasi, teknisi melakukan pengesetan jaringan 5G sebelum berlangsungnya uji coba jaringan di Jakarta, Rabu (12/4/2019).
4/2/2020, 19.18 WIB

Beberapa negara sudah menerapkan jaringan internet generasi kelima (5G) bahkan 6G. Amazon Web Services (AWS) menilai, teknologi itu dapat mempercepat pertumbuhan bisnis perusahaan termasuk startup.

Anak usaha Amazon.com, Inc itu menyediakan layanan komputasi awan (cloud computing). Produknya terintegrasi dengan beberapa teknologi seperti kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), Internet of Things (IoT) hingga analitik data.

Manfaat teknologi-teknologi tersebut akan maksimal jika menggunakan 5G. Sebab, tingkat latensi atau keterlambatan pengiriman datanya lebih rendah dibanding 4G, 3G, dan lainnya.

AWS pun menyediakan layanan cloud dengan 5G yang disebut AWS Wavelength. “Secara pribadi, saya kira teknologi itu penting untuk membangun bisnis di Indonesia,” kata Head of Emerging Technologies AWS APAC Olivier Klein di Jakarta, Selasa (4/2).

Teknologi 5G dinilaidapat mengatasi persoalan konektivitas. “Ini membantu pengembang mengembangkan aplikasi, mungkin meningkatkan kapabilitas video,” kata dia.

(Baca: 8.000 Kali Lebih Cepat Dibanding 5G, 6G Bisa Ganggu Riset Astronomis)

Olivier mengklaim, bisnis pelanggannya di beberapa negara—yang mengadopsi 5G—meningkat. “Kami melihat semakin banyak penyebaran (manfaat) di masa depan sehubungan dengan 5G di pasar," ujar Olivier.

Di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tengah mengkaji penerapan 5G. Ada lima faktor yang dipertimbangkan. Pertama, waktu yang pas mengimplementasikan 5G guna menghindari kegagalan pasar dari sisi permintaan dan suplai.

Kedua, mengkaji frekuensi yang pas. Berdasarkan riset GSMA Inteligence, 18% koneksi dunia diprediksi menggunakan 5G pada 2025.

Ada tiga kandidat frekuensi yang dirasa sesuai untuk 5G yakni 3,5 Ghz, 2,8 Ghz, dan 2,6 Ghz. "Sejauh ini (frekuensi) 2,6 Ghz," kata Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kominfo Ismail, beberapa waktu lalu (27/11/2019). Hanya, keputusan itu belum final.

(Baca: Jepang Siap Gunakan 6G, Menteri Kominfo: RI Masih Fokus Matangkan 5G)

Ketiga, mendorong operator untuk berbagi infrastuktur. Riset McKinsey menunjukkan, berbagi infrastruktur mengurangi biaya investasi 5G hingga 40%.

Keempat, bisnis model inovatif agar implementasi 5G bisa maksimal. "Kami perlu memikirkan kontribusi 5G untuk kepentingan sumber daya manusia (SDM), sektor pendidikan, kesehatan hingga masyarakat di pelosok Tanah Air,” kata dia.

Terakhir, kolaborasi dan perluasan jaringan. Dari penggelaran 5G yang sudah ada, perlu kolaborasi antarperusahaan telekomunikasi dan memperluas lini bisnis. "Ini berkaitan dengan pengambilan keputusan antaroperator mengenai permintaan, suplai, dan ekosistem. Perlu pertimbangan menyeluruh,” katanya.

(Baca: Kominfo Ingin Ibu Kota Baru Jadi yang Pertama Adopsi 5G di Indonesia)

Reporter: Cindy Mutia Annur