Kominfo Bakal Luncurkan Chatbot untuk Tangkal Hoaks Virus Corona Besok

Kominfo
Ilustrasi, konten virus corona yang distempel hoaks oleh Kominfo beredar pada Mei 2019.
17/3/2020, 14.01 WIB

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tengah mengembangkan layanan chatbot atau teknologi percakapan di aplikasi WhatsApp untuk menangkal hoaks terkait virus corona. Layanan itu rencananya diluncurkan besok (18/3).

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Dirjen PPI) Kementerian Kominfo Ahmad M Ramli mengatakan, chatbot tersebut akan memasasok informasi akurat soal pandemi corona. Sebab, jumlah hoaks terus meningkat sejak pengumuman kasus pertama virus covid-19.

Chatbot merupakan program komputer yang dirancang untuk menyimulasikan percakapan intelektual dengan satu atau banyak orang, baik melalui teks maupun audio. "Saat ini aplikasinya (chatbot) sedang dikembangkan. Segera kami umumkan," ujar Ramli kepada Katadata.co.id, Selasa (17/3).

(Baca: Facebook Buat Fitur Cek Fakta dan Blokir Hoaks Virus Corona)

Plt Kabiro Humas Kementerian Kominfo Ferdinandus Setu, biasa disapa Nando mengatakan, chatbot akan mendapat informasi dari berbagai sumber resmi terkait covid-19. "Rencana diluncurkan besok, Rabu (18/3). Chatbot akan mendistribusikan informasi valid dan resmi terkait penanganan covid-19," kata dia.

Namun, kementerian enggan memerinci nama maupun cara kerja chatbot tersebut. (Baca: Kominfo Temukan 232 Hoaks, Salah Satunya "Jokowi Positif Virus Corona")

Pasca-pengumuman kasus pertama virus corona di Tanah Air, jumlah hoaks terkait pandemi itu memang terus melonjak. Kementerian Kominfo mencatat jumlahnya bertambah 36 konten dalam empat hari menjadi 232 per kemarin (16/3).

Menteri Kominfo Johnny G Plate mengimbau masyarakat mengecek validitas informasi yang diterima dan tidak menyebarluaskan hoaks. Warga bisa memastikan materi terkait virus corona yang diterima melalui situs resmi Kementerian Kesehatan, dan yang non-medis dari Kantor Staf Presiden. Sedangkan terkait penanggulangan bencana terpusat di Badan Nasional Penanggulangan Bencana(BNPB).  

Pemerintah daerah pun membuat situs sebaran corona di daerah masing-masing, seperti Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. "Jika semakin banyak daerah punya situs informasi, itu baik. Namun harus didukung dengan narasi dan informasi yang sama dengan pemerintah pusat agar tidak membingungkan masyarakat," ujar Johnny di Jakarta pada Senin (16/3).

(Baca: Tak Terbukti Medis, Google Cabut Iklan Jamu Obat Corona di YouTube)

Salah satu kabar bohong yang baru beredar yakni Presiden Joko Widodo (Jokowi) positif terinfeksi virus covid-19. "Ini hoaks (Presiden Jokowi positif corona) yang sangat tidak pintar. Ini berbahaya," ujar Johnny. Padahal, Presiden Jokowi terpantau dalam kondisi sehat dan masih bekerja. 

Hoaks yang baru muncul lainnya yakni mitra pengemudi Gojek melarikan diri setelah dinyatakan positif corona di Rumah Sakit Persahabatan. Lalu, beredar kabar bohong suspect virus corona ditemukan di Delta Spa dan hoaks tentang warga Klaten terpapar covid-19.

(Baca: Hoaks Corona Capai 196, Kominfo Dorong Twitter hingga Facebook Blokir)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan