Investor Asal India, Sequoia Ungkap Potensi Bisnis Kopi Kenangan

Instagram/@kopikenangan.id
Ilustrasi. Kopi Kenangan berbagi tiga strategi bisnis. Investor asal India, Sequoia ungkap potensi bisnis Kopi Kenangan.
Penulis: Desy Setyowati
9/10/2019, 15.29 WIB

Sequoia India menanamkan modal US$ 20 juta atau sekitar Rp 288 miliar di Kopi Kenangan pada Juni lalu. Investor asal India itu mengatakan bisnis kafe dengan konsep grab and go potensial.

Director Surge di Sequoia Capital India Rajan Anandan mengatakan, mayoritas masyarakat Indonesia menyukai kopi. Berdasarkan fakta itu saja, ia menilai bisnis ini potensial.

Di satu sisi, Kopi Kenangan mengadopsi teknologi. Salah satunya dengan merilis aplikasi. Sedangkan di Indonesia ada sekitar 171,2 juta pengguna internet. “Banyak perusahaan saat ini menggunakan teknologi dan tetap mempertahankan produk (bisnis intinya),” kata dia di sela-sela acara Tech in Asia di JCC, Jakarta, Rabu (9/10).

Adopsi teknologi bahkan meluas di banyak bidang. Properti misalnya, ada startup Bobobox dan OYO yang mengadopsi teknologi dalam menyediakan layanan. Lalu, muncul startup asuransi berbasis digital (insurtech). Di bidang transportasi ada Gojek dan Grab.

Selain itu, menurutnya hal utama yang perlu diperhatikan adalah membangun merek (brand). “Sama seperti Kopi Kenangan, ada pengaruh teknologi untuk membangun merek ke konsumen. Itu dibangun di India, Singapura, dan juga Indonesia,” kata dia.

(Baca: Usung Konsep Grab and Go, Kopi Kenangan Jual 2 Juta Kopi per Bulan)

Dengan konsep grab and go, konsumen bisa memesan kopi melalui aplikasi dan mengambil pesanannya tanpa perlu mengantre. Model pelayanan seperti ini cocok untuk konsumen di perkotaan, yang sering menghadapi kemacetan.

Kopi Kenangan pun meluncurkan aplikasi pada April lalu. Dengan begitu, konsumen bisa memesan kopi tanpa perlu antre. Layanan seperti ini juga disediakan oleh pesaingnya, yakni Fore Coffee.

Kini, Kopi Kenangan telah menjual 2 juta gelas kopi dan memiliki 131 gerai di beberapa kota besar Indonesia. “Kami melayai hampir 2 juta gelas kopi setiap bulannya,” kata CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata, beberapa waktu lalu (1/10).

Jumlah gerai Kopi Kenangan terus meningkat, dari hanya satu pada Desember 2017 menjadi 36 pada akhir tahun lalu. “Bulan ini ada sekitar 42 gerai lagi. Setiap bulannya bisa sampai 40,” kata dia. Perusahaan menargetkan bisa membuka 200-250 gerai hingga akhir tahun ini.

(Baca: Jadi Investor di 3 Unicorn, Sequoia Sediakan Rp 28 Miliar per Startup)

Banyaknya penikmat kopi, khususnya di kota besar, memang menjadi pasar potensial bagi pebisnis. Aplikasi menjadi strategi tersendiri untuk menggaet pasar tersebut.

Nielsen Singapura dalam laporannya menyebutkan, 95% dari 1.000 responden membeli makanan siap santap dalam tiga bulan terakhir. Dari jumlah tersebut, 58% di antaranya menggunakan layanan pesan-antar makanan via aplikasi.

Responden tersebut berusia 18-45 tahun, berdomisili di Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Balikpapan, Medan dan Makassar. Nielsen menyebutkan, ada banyak pekerja kantor yang memesan makanan melalui aplikasi. Mereka rela membayar lebih, supaya punya waktu lebih banyak.

Berdasarkan riset Nielsen lainnya, konsumen Kopi Kenangan mulai dari milenial hingga berusia 50 tahun ke atas. Luasnya pasar Kopi Kenangan, kata dia, karena perusahaan menghadirkan produk dengan harga yang lebih murah dibanding pesaing.

"Harga kopi kelas premium di Indonesia bisa sampai Rp 40 ribu ke atas, kalau UMR berkisar Rp 4 juta kan tidak mungkin bisa mengkonsumsi setiap hari. Kalau kami kalkulasi, sebenarnya bisa saja dijual seharga Rp 18 ribu," kata dia.

Konsep grab and go lewat aplikasi dan harga yang kompetitif inilah yang menjadi strategi Kopi Kenangan untuk menggaet konsumen. Kopi Kenangan juga tidak membuka franchise, untuk mempertahankan kualitas produk.

(Baca: Sequoia India Suntik Dana Rp 288 Miliar ke Kopi Kenangan)

Reporter: Desy Setyowati