Terdampak Sanksi AS, Pendapatan Huawei Diprediksi Rp 1.686 T di 2019

123RF.com
Ilustrasi Huawei.
31/12/2019, 15.06 WIB

Perusahaan teknologi asal Tiongkok, Huawei Technologies Co Ltd memperkirakan pendapatannya tumbuh 18% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 121,7 miliar atau sekitar Rp 1.686 triliun pada 2019. Angka itu di bahwa proyeksi perusahaan.

Pertumbuhan pendapatan tersebut juga lebih rendah dibanding 2018, yang tumbuh 19,5%. Salah satu penyebab perlambatan pertumbuhan ini yaitu sanksi pemerintah Amerika Serikat (AS) terhadap Huawei.

Huawei masuk dalam daftar hitam (blacklist) perdagangan AS. “Dalam jangka panjang, pemerintah AS akan terus menekan pengembangan teknologi terkemuka, dan lingkungan yang menantang bagi Huawei untuk bertahan dan berkembang,” kata Rotating Chairman Huawei Eric Xu dikutip dari Reuters, hari ini (31/12).

Karena masuk daftar hitam, perusahaan AS dilarang bekerja sama dengan Huawei. Alhasil, layanan Google tidak tersedia di ponsel Huawei.

(Baca: Tahun Depan, Huawei Fokus Kembangkan Sistem Operasi Pengganti Android)

Presiden AS Donald Trump juga menyiapkan beberapa aturan lain yang bisa menghambat bisnis Huawei. Trump berencana membuat kebijakan agar pelanggan Huawei di perdesaan AS tidak menggunakan dana subsidi US$ 8,5 miliar untuk membeli peralatan atau layanan perusahaan asal Tiongkok tersebut.

Selain itu, Trump mempertimbangkan untuk mengeluarkan  Huawei dari sistem keuangan atau perbankan AS pada awal tahun depan. “Lingkungan eksternal menjadi lebih rumit dari sebelumnya,” kata Xu.

Xu memperkirakan, kondisi tersebut akan berlanjut tahun depan. Ia khawatir, kinerja perusahaan bakal sulit tumbuh secepat awal tahun ini. Pada kuartal akhir 2019 saja, pendapatan hanya tumuh 3,9% yoy.

(Baca: Trump Pertimbangkan Depak Huawei dari Sistem Layanan Perbankan AS)

Tahun ini, Huawei mengirim 240 juta ponsel pintar (smartphone). Angka itu naik 20% dibanding tahun lalu. Xu mencatat, penjualan ponsel cukup tinggi sebelum ada perang dagang antara AS dan Tiongkok.

Setelah perang dagang, Huawei tetap menjual Mate 30 pada September lalu. Namun, gawai itu tidak dapat mengakses sistem operasi (Operating System/OS) Google Android.

Xu mengatakan, Huawei akan habis-habisan membangun ekosistem layanan seluler pada tahun depan. Salah satu layanan yang sudah dikembangkan Huawei yaitu penyimpanan komputasi awan (cloud). Huawei juga mengembangkan sistem operas sendiri bernama Harmony. 

(Baca: AS Siapkan Aturan Baru untuk Boikot Perusahaan Tiongkok, Huawei & ZTE)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan