Para Pejabat PBB Diimbau Tak Pakai WhatsApp karena Dinilai Tak Aman

PXHERE.COM
Ilustrasi WhatsApp
Penulis: Desy Setyowati
24/1/2020, 15.15 WIB

Para pejabat Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) tidak menggunakan WhatsApp. Alasannya, aplikasi besutan Facebook itu dinilai tidak aman.

Para ahli PBB menuduh Arab Saudi menggunakan platform percakapan untuk meretas telepon CEO Amazon Jeff Bezos. Mereka mengaku telah mendapat informasi terkait kemungkinan keterlibatan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dalam dugaan serangan siber ke ponsel Jeff Bezos.

Dalam laporan forensik FTI Consulting yang berbasis di Washington, para ahli PBB itu mendorong adanya penyelidikan sesegera mungkin oleh AS dan otoritas lainnya. Di dalam laporan tersebut, mereka menuduh iPhone Bezos dibajak lewat file video yang membuat perangkat lunak berbahaya.

File itu dikirim melalui akun WhatsApp yang digunakan oleh Mohammed bin Salman. (Baca: Terulang Lagi, 267 Juta Data Pengguna Facebook Bocor)

Juru bicara PBB Farhan Haq tidak secara spesifik menjawab apakahs Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sudah berkomunikasi dengan putra mahkota Saudi atau pemimpin dunia lainnya terkait WhatsApp. “Para pejabat senior di PBB telah diperintahkan untuk tidak menggunakan WhatsApp, (sebab) itu tidak didukung sebagai mekanisme yang aman,” katanya dikutip dari Reuters, hari ini (24/1).

Karena itu, Haq yakin Antonio Guterres tidak menggunakan WhatsApp. Menurut dia, arahan untuk tidak menggunakan aplikasi percakapan besutan Facebook itu dilakukan sejak Juni 2019.

(Baca: Ahli IT Ungkap Ciri-ciri Nomor Ponsel Dibajak Peretas)

Menanggapi hal itu, Direktur Komunikasi WhatsApp Carl Woog mengatakan, setiap pesan pribadi dilindungi oleh enkripsi end to end. Hal itu bertujuan mencegah orang lain, dan bahkan perusahaan melihat setiap obrolan.

“Teknologi enkripsi yang kami kembangkan dengan Signal sangat dihargai oleh para pakar keamanan,” kata Woog.

Peneliti Checkpoint yang berbasis di Tel Aviv, Israel, Oded Vanunu menilai, WhatsApp serius menangani persoalan keamanan di platform-nya. "Setiap aplikasi memiliki kerentanan yang dapat Anda manfaatkan dengan cara tertentu," katanya.

Selain tuduhan terkait peretasan ponsel CEO Amazon, Facebook menghadapi beberapa kasus terkait privasi. Salah satunya, 87 juta data pengguna yang bocor terkait skandal Cambridge Analytica.

Kemudian, perusahaan riset teknologi, Comparitech menemukan 267 juta data pengguna Facebook yang bocor di internet pada akhir 2019 lalu. Data itu memuat nama, ID, dan nomor ponsel.

(Baca: Ada Bug, 17 Juta Nomor Ponsel Pengguna Twitter Bocor)