Hanya satu tahun Danu Wicaksana memimpin LinkAja. Per Februari lalu, ia telah berlabuh ke perusahaan teknologi kesehatan, Good Doctor Technology Indonesia. Jabatannya sekarang adalah managing director.
Situs berita kr-asia.com menyebut Danu sudah mundur sebagai CEO LinkAja sejak Desember lalu. Kabar ini terkonfirmasi pula dalam profil LinkedIn pria lulusan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung itu.
Perusahaan barunya, Good Doctor Technology Indonesia, merupakan usaha patungan antara Grab dengan layanan kesehatan berbasis digital terbesar di Tiongkok, Ping An Good Doctor. Kedua perusahaan mengumumkan kerja sama senilai US$ 140 juta itu pada Agustus 2018. Keduanya sepakat untuk fokus menyediakan layanan kesehatan di Asia Tenggara.
Lewat kerja sama itu Grab ingin mengukuhkan diri sebagai Everyday SuperApp, setelah menyandang status decacorn. "Status adalah hasil. Menurut saya, yang relevan adalah bagaimana kami selalu menjadi pilihan masyarakat," kata President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata pada 4 Maret 2019.
(Baca: Good Doctor Indonesia Kerja Sama dengan Grab Tangkal Hoaks Corona)
Kembali ke soal Danu. Kepergiannya dari LinkAja, mengakhiri tiga tahun kariernya sebagai CEO di perusahaan tersebut. Ia masuk ketika masih bernama TCash, di bawah Telkomsel. TCash lalu bergabung dengan empat dompet elektronik milik perusahaan pelat merah lainnya dan menjadi LinkAja.
Sebelum itu, Danu mengawali karier di perusahaan konsultan McKinsey. Ia bekerja cukup lama di sini, lebih dari tujuh tahun. Posisi terakhirnya adalah Engagement Manager pada 2015.
Lalu, ia berpindah industri ke bidang fashion. Pada Maret 2015, ia mulai bekerja untuk perusahaan e-commerce Berrybenka. Posisi terakhirnya adalah managing director.
Dua tahun kemudian ia pindah ke bidang lainnya. Kali ini dompet digital. Danu terpilih menjadi chief executive officer (CEO) untuk TCash.
(Baca: Gaet Ratusan Dokter, GrabHealth Tawarkan Konsultasi Kesehatan Gratis)
Kepada DailySocial pada 8 Juni 2017, Danu mengatakan tidak ada alasan khusus mengapa ia melepas posisinya di Berrybenka. Padahal, ketika itu ia bersama pendirinya, Jason Lamuda, cukup sukses menjalankan bisnis.
“Intinya adalah saya ingin mencoba sesuatu yang baru dan bermanfaat untuk orang banyak. Menurut saya posisi baru ini adalah peluang terbaik untuk saya,” kata pemilik dua gelar master dari University of Birmingham dan Wharton Business School itu.