Penjualan ponsel (smartphone) Huawei diprediksi anjlok 20% karena pandemi corona dan sanksi dari Amerika Serikat (AS). Raksasa teknologi asal Tiongkok itu pun mengembangkan mobil tanpa sopir atau otonom.

Sumber Nikkei Asian Review mengatakan, Huawei menargetkan bisa menyediakan kendaraan otonom pada 2025. “Sikap Huawei terhadap mobil otonom berubah sangat agresif. Kami diminta untuk menyiapkan banyak tes (tahun ini), meskipun industri ini terancam penyebaran virus corona,” kata salah satu pemasok perangkat Huawei, dikutip dari Kr.Asia, Selasa (31/3).

Rencananya, Huawei bakal menggabungkan perangkat lunak (software) dan keras (hardware) mutakhir pada mobil otonom yang dikembangkannya. Jika kendaraan ini jadi dikembangkan, Huawei akan bersaing dengan perusahaan AS seperti Waymo dari Alphabet Inc., Mobileye Intel, Tesla dan Apple, serta raksasa teknologi Tiongkok, Baidu.

(Baca: Huawei Gandeng Bank Rusia, Xiaomi, OPPO, dan Vivo untuk Lawan AS)

Analis teknologi di Institut Riset Ekonomi Taiwan Chiu Shih-fang mengatakan, Google, Intel, dan Nvidia masih memimpin pengembangan kendaraan otonom. "Tetapi Huawei memiliki keunggulan dalam chip komunikasi dan teknologi AI (Artificial Intelligence). Itu kunci untuk memungkinkan beroperasinya kendaraan secara otonom," kata dia. 

Tahun lalu, CEO Huawei Ren Zhengfei mengatakan bahwa Huawei akan berfokus pada teknologi kendaraan otonom. Perusahaan juga mengembangkan platform mobil pintar dan sistem komputasi otomotif.

Huawei memang terinspirasi mengembangkan teknologi kendaraan otonom dari perusahaan teknologi asal AS Tesla. "Saat ini, Tesla sudah menciptakan nilai bagi semua orang. Jika Tesla dapat melakukannya sekarang, kita semua dapat melakukannya," ujar Deputy Chairman Rotating Chairman Huawei Xu Zhijun dikutip dari Ghizmochina.

Ambisi Huawei mengembangkan mobil otonom datang di tengah tekanan pandemi corona dan sanksi AS terhadap bisnis ponselnya. Bahkan, penjualan ponsel Huawei diprediksi turun tahun ini.

(Baca: Tak Didukung Google, Penjualan Ponsel Huawei Diprediksi Anjlok 20%)

Penjualan ponsel Huawei diproyeksi turun 20% tahun ini. The Information mengetahui proyeksi penurunan penjualan ponsel itu dari laporan internal perusahaan yang beredar terbatas untuk para pimpinan di divisi consumer electronics pada Januari lalu.

Pada tahun lalu, penjualan ponsel Huawei mencapai 238,5 juta. Jika benar turun 20%, maka penjualan perangkat handset Huawei sekitar 190 juta tahun ini.  

Penurunan terbesar diprediksi terjadi di Eropa. Hal ini terjadi karena Huawei tidak bisa bekerja sama dengan perusahaan AS lantaran masuk daftar hitam.

Selain karena sanksi AS, penjualan ponsel Huawei turun karena mewabahnya virus corona. "Virus corona menyebar dengan cepat, ini mengganggu sektor manufaktur dan ritel di Tiongkok," dikutip dari The Information, awal Maret lalu (6/3). 

Apalagi, berdasarkan data IDC Quarterly Mobile Phone Tracker, Huawei menguasai sekitar 40% pasar ponsel di Negeri Tirai Bambu. Pasar di negara asalnya itu menyumbang lebih dari 60% penjualan Huawei.

(Baca: Trump Perpanjang Izin Kerja Sama Beberapa Perusahaan AS dengan Huawei)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan