Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut B Pandjaitan dan Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara hadir dalam acara perayaan ulang tahun OVO yang ke-2 akhir pekan lalu (12/10). Pada kesempatan itu, OVO menyampaikan fokus bisnis ke depan setelah disebut-sebut menjadi unicorn kelima Indonesia.
CEO OVO Jason Thompson mengatakan, tema perayaan hari jadi kedua perusahaannya adalah OVOnation “The Incredible Power of An Open Ecosystem. “Tema itu merefleksikan tujuan kami dalam melayani Indonesia lebih baik dan mempercepat inklusi keuangan,” kata dia dalam siaran pers, Senin (14/10).
Memasuki usia kedua, ia menegaskan bahwa perusahaannya bakal terus berinovasi dalam memberikan kemudahan dan keamanan transaksi digital yang menguntungkan pengguna. Salah satunya, OVO sudah menerapkan standardisasi kode Quick Response atau QRIS di beberapa mitra penjual untuk memudahkan pengguna dalam bertransaksi.
President Director OVO Karaniya Dharmasaputra menambahkan, OVO lebih dari sekadar platform pembayaran digital. “Dalam dua tahun hadir di Indonesia, OVO terus bergerak menuju solusi layanan finansial terpadu bagi pengguna dan mendukung pemerintah dalam menjalankan Gerakan Nasional Non-Tunai,” kata dia.
Layanan seperti ini, menurutnya menjadi akselerator dalam perkembangan ekonomi digital, serta mendorong percepatan akses dan inklusi keuangan yang merata. “Kami siap melayani seluruh masyarakat Indonesia mulai dari perorangan, UMKM hingga institusi berskala nasional maupun regional,” katanya.
(Baca: Jadi Unicorn, OVO Ungkap Peluang Gaet WhatsApp hingga Rencana Bisnis)
OVO memang belum mengonfirmasi secara tegas, terkait status unicorn atau startup bervaluasi lebih dari US$ 1 miliar. Namun, Head of Public Relations OVO Sinta Setyaningsih sempat mengatakan bahwa perusahaanya terus berfokus menggaet lebih banyak pengguna di Tanah Air. “Kami akan terus fokus meningkatkan investasi keuangan di Indonesia,” kata dia, beberapa waktu lalu (9/10).
Dalam keterangan pers yang berbeda, Luhut menyampaikan bahwa ada tanggung jawab yang besar dibalik kapasitas perusahaan yang meningkat. “OVO sebagai ‘leading digital payment platform’ di Indonesia, sudah saatnya berkontribusi lebih untuk bangsa melalui program Corporate Social Responsibility (CSR),” kata dia.
Ia mencontohkan, OVO bisa meningkatkan taraf hidup lebih dari 300 ribu mitra penjual offline atau tradisional. “Pendapatan para mitra akan meningkat jika nilai tambah (added value) dari produknya juga ditingkatkan. Added value juga yang pemerintah dorong di skala nasional seperti pada industri Nikel,” katanya.
(Baca: Disebut Sudah Jadi Unicorn, OVO: Bisa Jadi Gelombang Baru Startup)
Luhut juga mendorong OVO untuk turut membantu pemerintah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Caranya, dengan memberikan pendampingan atau pelatihan kepada mitra UMKM.
Sedangkan Rudiantara berharap, OVO bisa menjangkau masyarakat di wilayah terpencil Indonesia. “Dengan menyandang status unicorn, pembayaran digital diharapkan dapat terus meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. Selamat kepada OVO,” kata dia.
Saat ini, OVO menggaet sekitar 500 ribu mitra offline, 9 juta mitra Grab, 3 juta pedagang online di Tokopedia. Aplikasinya pun telah diunduh 115 juta kali. Berdasarkan data CB Insights, valuasi OVO disebut menyentuh US$ 2,9 miliar atau sudah menjadi unicorn.