Investor Asing Minati Fintech Syariah hingga Startup Kuliner Indonesia

ANTARA FOTO/Moch Asim
Pengunjung melihat produk busana muslim di salah satu stan pameran saat Sharia Fair 2019 di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (6/11/2019).
Penulis: Desy Setyowati
13/11/2019, 17.56 WIB

Beberapa investor asing menilai pasar syariah di Indonesia sangat potensial karena mayoritas penduduknya merupakan muslim. Hal itu membuat tiga modal ventura dan investor individu atau angle investor menanamkan modalnya di perusahaan teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) syariah lokal, Alami.

Ketiga modal ventura itu yakni Golden Gate Ventures, Agaeti Ventures, dan RHL Ventures. Di Indonesia, Golden Gate Ventures telah berinvestasi di Gojek, Tanihub, Alodokter, Sampingan, DuitPintar.com, Ruma, Printerous, Teman Jalan, dan Gadjian.

Secara total, modal ventura asal Singapura ini berinvestasi di 30 perusahaan di lebih dari tujuh negara Asia sejak 2011. Mereka memang berfokus pada investasi US$ 1 hingga 5 juta.

Founding Partner Golden Gate Ventures Jeffrey Paine mengatakan ada banyak segmen pasar berbasis syariah yang potensial di Indonesia. “Pasarnya besar, tetapi fintech belum maksimal meraihnya. Karena itu peluangnya besar,” kata dia di JCC, Jakarta, Rabu (13/11).

(Baca: Gaet Empat Investor, Fintech Syariah Alami Prediksi Dapat Rp 20 Miliar)

Selain fintech, perusahaan berbasis teknologi yang menawarkan produk kuliner, bahan makanan, dan komestik halal potensial karena sedang tren. Model bisnisnya bisa berupa penyedia perangkat lunak yang menyasar korporasi alias Business to Business (BtoB).

“Yang potensial adalah yang langsung menyasar konsumen akhir, seperti kosmetik halal untuk segmen perempuan. Kami sedang mencari, tetapi ini cukup menarik,” kata Jeffrey kepada Katadata.co.id.

Hanya, menurutnya tantangan bisnis berbasis syariah di Indonesia yakni edukasi masyarakat. Startup perlu mengkaji pasar secara mendalam, memahami dan mengedukasi konsumen. Dengan begitu, perusahaan bisa benar-benar yakin untuk masuk ke pasar yang dituju.

Partner RHL Ventures Satria Wilis mengatakan, basis utama perusahaannya di Malaysia yang penduduk muslim sekitar 20 juta. Pasar Indonesia berlipat kali lebih besar hingga 200 juta. “Kami percaya potensi industri syariah di Indonesia sangat besar,” kata dia.

Lagi pula, konsumen di Malaysia sudah lebih sadar terhadap produk keuangan syariah. Di Indonesia, regulator masih mendorong masyarakat agar mau memanfaatkan layanan dengan prinsip-prinsip Islam ini.

(Baca: BI: Ekonomi Syariah Bisa Jadi Obat Defisit Transaksi Berjalan)

Angel investor yang terlibat dalam komitmen pendanaan di Alami, Aamir Rahim pun sepakat bahwa potensi pasar syariah di Indonesia sangat besar. Masyarakat berpenghasilan menengah ke atas (middle income class) cukup banyak. “Teknologi membuka kunci celah ini dan mampu menangkap pasar untuk memakai produk syariah,” kata Mantan CEO Citibank Private Banking Asia Pasifik ini.

CEO Alami Dima Djani mengatakan, para investor itu telah menakar potensi pasar syariah di Indonesia. Dari sisi perusahaan, menurut dia Alami sudah menunjukkan rencana bisnis yang matang.

“Hal ini merupakan hal yang baru, untuk pertama kalinya, startup syariah Indonesia sukses mengajak investor untuk berinvestasi,” kata Dima. Ia berharap, ada lebih banyak investor yang mau menanamkan modalnya di perusahaan rintisan Tanah Air.

Menurut dia, investor berminat menanamkan modal di fintech pembiayaan syariah karena regulasinya sudah ada. Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga mengeluarkan fatwa terkait uang elektronik (e-money) dan fintech pembayaran.

Kini, fintech pembayaran besutan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), LinkAja pun merambah pasar syariah. Begitu juga dengan Tokopedia, lewat Tokopedia Salam. Selain Alami, fintech pembiayaan yang merambah pasar ini adalah Investree.

(Baca: Momentum Perusahaan Digital Meraup Potensi Besar Pasar Syariah)

Reporter: Desy Setyowati