Test ProPS Merek

ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/wsj.
Santri membaca Al Quran di makam KH Ahmad Zuhdiannoor atau Guru Zuhdi di Aula Majta di dekat rumah duka di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (2/5/2020). Proses pemakaman Guru Zuhdi tersebut hanya disaksikan oleh keluarga dan kerabat dekat saja untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Penulis: Mawar Eva De Jongh
17/9/2020, 16.52 WIB

Pagi, sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia bagian tengah, para petani nira Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjalan kaki menyibak kabut. Mereka menuju kebun aren di kawasan hutan untuk menyadap nira. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1-2 km saja.

Sesampainya di kebun, para petani menyiapkan alat sadap seperti pisau penyadap, jerigen, daun kayu, dan plastik bening untuk wadah hasil sadapan. Ada proses unik dalam menyadap. Tandan ditoki-toki dulu, atau diketuk-ketuk lembut untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah baru dipotong supaya getah keluar.

Untuk sekali sadap, masing-masing petani bisa menyadap dua sampai tujuh pohon paling banyak. Butuh waktu kurang lebih dua jam untuk mengumpulkan nira. Setelah nira terkumpul, mereka kembali ke rumah untuk mengolah nira. 

Pagi, sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia bagian tengah, para petani nira Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjalan kaki menyibak kabut. Mereka menuju kebun aren di kawasan hutan untuk menyadap nira. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1-2 km saja.

Sesampainya di kebun, para petani menyiapkan alat sadap seperti pisau penyadap, jerigen, daun kayu, dan plastik bening untuk wadah hasil sadapan. Ada proses unik dalam menyadap. Tandan ditoki-toki dulu, atau diketuk-ketuk lembut untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah baru dipotong supaya getah keluar.

Untuk sekali sadap, masing-masing petani bisa menyadap dua sampai tujuh pohon paling banyak. Butuh waktu kurang lebih dua jam untuk mengumpulkan nira. Setelah nira terkumpul, mereka kembali ke rumah untuk mengolah nira. 

Pagi, sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia bagian tengah, para petani nira Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjalan kaki menyibak kabut. Mereka menuju kebun aren di kawasan hutan untuk menyadap nira. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1-2 km saja.

Sesampainya di kebun, para petani menyiapkan alat sadap seperti pisau penyadap, jerigen, daun kayu, dan plastik bening untuk wadah hasil sadapan. Ada proses unik dalam menyadap. Tandan ditoki-toki dulu, atau diketuk-ketuk lembut untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah baru dipotong supaya getah keluar.

Untuk sekali sadap, masing-masing petani bisa menyadap dua sampai tujuh pohon paling banyak. Butuh waktu kurang lebih dua jam untuk mengumpulkan nira. Setelah nira terkumpul, mereka kembali ke rumah untuk mengolah nira. 

Pagi, sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia bagian tengah, para petani nira Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjalan kaki menyibak kabut. Mereka menuju kebun aren di kawasan hutan untuk menyadap nira. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1-2 km saja.

Sesampainya di kebun, para petani menyiapkan alat sadap seperti pisau penyadap, jerigen, daun kayu, dan plastik bening untuk wadah hasil sadapan. Ada proses unik dalam menyadap. Tandan ditoki-toki dulu, atau diketuk-ketuk lembut untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah baru dipotong supaya getah keluar.

Untuk sekali sadap, masing-masing petani bisa menyadap dua sampai tujuh pohon paling banyak. Butuh waktu kurang lebih dua jam untuk mengumpulkan nira. Setelah nira terkumpul, mereka kembali ke rumah untuk mengolah nira. 

Pagi, sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia bagian tengah, para petani nira Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjalan kaki menyibak kabut. Mereka menuju kebun aren di kawasan hutan untuk menyadap nira. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1-2 km saja.

Sesampainya di kebun, para petani menyiapkan alat sadap seperti pisau penyadap, jerigen, daun kayu, dan plastik bening untuk wadah hasil sadapan. Ada proses unik dalam menyadap. Tandan ditoki-toki dulu, atau diketuk-ketuk lembut untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah baru dipotong supaya getah keluar.

Untuk sekali sadap, masing-masing petani bisa menyadap dua sampai tujuh pohon paling banyak. Butuh waktu kurang lebih dua jam untuk mengumpulkan nira. Setelah nira terkumpul, mereka kembali ke rumah untuk mengolah nira. 

Pagi, sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia bagian tengah, para petani nira Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjalan kaki menyibak kabut. Mereka menuju kebun aren di kawasan hutan untuk menyadap nira. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1-2 km saja.

Sesampainya di kebun, para petani menyiapkan alat sadap seperti pisau penyadap, jerigen, daun kayu, dan plastik bening untuk wadah hasil sadapan. Ada proses unik dalam menyadap. Tandan ditoki-toki dulu, atau diketuk-ketuk lembut untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah baru dipotong supaya getah keluar.