Pabrik Cokelat Patungan Milik Grup Salim Ditargetkan Beroperasi 2019

ANTARA FOTO/ Akbar Tado
Seorang pekerja menjemur biji kakao di salah satu industri di Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (17/3). Harga kakao kering di tingkat pedagang pengepul turun dari harga Rp30.000 per kilogram menjadi Rp23.000 per kilogram yang disebabkan menununnya kualitas biji kakao akibat pengaruh cuaca dan hama.
Penulis: Ekarina
29/8/2018, 18.14 WIB

Pabrik cokelat patungan milik PT Salim Ivomas Tbk (SIMP) dengan perusahaan makanan asal Jepang, Daito Cacao Co.Ltd ditargetkan siap beroperasi pada kuartal IV tahun depan. Setelah beroperasi, pabrik yang dibangun dengan investasi US$ 35 juta atau setara Rp 514 miliar tersebut nantinya akan memproduksi cokelat olahan untuk memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri.

"Pabrik cokelat ini didirikan untuk produk hilir, lebih ke sektor industri makanan," kata Direktur Salim Ivomas Tan Agustisnus Darmawan di Jakarta, Kamis (29/8).

Pabrik pengolahan tersebut berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat.

(Baca : Laba Bersih Dua Perusahaan Perkebunan Milik Grup Salim Turun Drastis)

Salim Ivomas dan Daito Cacao Co. Ltd sebelumnya membentuk perusahaan patungan bernama PT Indoagri Daito Cacao. Dari perusahaan tersebut, Daito Cacao yang merupakan anak usaha The Nisshin Oillio Group akan menjadi pemegang saham mayoritas dengan porsi kepemilikan 51%, sedangkan Salim Ivomas menggenggam 49%.

Selain melakukan diversifikasi ke komoditas cokelat, perseroan juga tengah mengkaji kemungkinan untuk memproduksi produk hilir minyak sawit seperti biodiesel seiring dengan adanya kebijakan pemerintah yang mewajibkan pencampuran 20% minyak sawit ke dalam bahan bakar solar (B20).

Selain itu, perseroan menyebut produksi biodiesel masih memiliki keterkaitan dengan model usaha perseroan yang memiliki integrasi vertikal dengan produk sawit seperti minyak goreng, margarin, lemak nabati serta turunan lainnya.

"Untuk biodisel, sedang kami kaji apakah kami mau bermain dan investasi disana. Itu yang sedang dalam kajian, termasuk prospek kedepannya seperti apa," kata Direktur Salim Ivomas Johan Ponto.

(Baca : Penguatan Dolar Tak Banyak Membantu Kinerja Ekspor Sawit)

Hingga semester I 2018, Salim Ivomas membukukan penurunan laba bersih sebesar 82% menjadi Rp 57 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 314 miliar. Direktur Utama SIMP Mark Wakeford mengatakan penurunan kinerja perusahaan pada semester I 2018 banyak dipengaruhi oleh penurunan kontribusi divisi minyak dan lemak nabati serta divisi perkebunan.

Dari sisi operasional, SIMP mencatat pertumbuhan produksi tandan buah segar (TBS) inti sebesar 1%. Namun demikian, di sisi pengolahan, produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) turun 2% seiring dengan produksi TBS eksternal yang rendah.

Volume penjualan produk minyak sawit CPO dan palm kernel SIMP pun akhirnya turun masing-masing 18% dan 23% diikuti oleh penurunan penjualan karet sebesar 32% dari tahun lalu karena ada timing realisasi persediaan CPO perusahaan. Sementara itu, turunnya rata-rata harga jual produk sawit dan karet menjadikan keuntungan perusahaan semester I 2018 makin menipis dan tak sebesar tahun sebelumnya.

(Baca : Ekspor Sawit Mei Turun Tertekan Kenaikan Stok Minyak Nabati Dunia)