Produsen Indomie Cetak Laba Bersih Rp 3,48 Triliun Hingga Kuartal III

KATADATA / Agung Samosir
Gedung Indofood Tower.
Penulis: Ekarina
31/10/2018, 11.27 WIB

Emiten produsen makanan minuman PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) membukukan kenaikan laba bersih sebesar 14,6% menjadi Rp 3,48 triliun pada Januari hingga September 2018 dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3,04 triliun.

Mengutip laporan keuangan perusahaan, sepanjang Januari-September 2018 ICBP membukukan pertumbuhan penjualan konsolidasi sebesar 7,5% menjadi Rp 29,48 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 27,43 triliun.

Produk mie instan menyumbang sekitar Rp 19,3 triliun terhadap total penjualan ICBP hingga kuartal III diikuti oleh penjualan produk susu Rp 5,83 trilun, makanan ringan Rp 2,02 trilun, penyedap Rp 1,02 triliun, minuman Rp 1,56 triliun. Adapun lini usaha nutrisi serta makanan khusus berkontribusi sebesar Rp 608 miliar. (Baca: Margin Perusahaan Makanan Minuman Menyusut seiring Pelemahan Rupiah)

Peningakatan penjualan ICBP turut memicu pertumbuhan laba usaha perseroan sebesar 19,6% menjadi Rp 4,97 triliun serta laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 14,6%. Di saat yang sama, margin laba bersih perrseroan juga naik sekitar 70 basis poin menjadi 11,85% dengan core profit sebesar 8,5% menjadi Rp 3,29 triliun.

Direktur Utama ICBP Anthoni Salim dalam keterangan resminya mengatakan meski menghadapi persaingan ketat, perseroan masih bisa membukukan kinerja yang kuat. "Perusahaan akan terus fokus pada strategi untuk meningkatkan pertumbuhan berkelanjutan serta memperkuat posisi kami di pasar," ujarnya.

Industri makanan minuman sepanjang tahun ini terus menghadapi sejumlah tekanan. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) selama beberapa waktu terakhir diprediksi dapat menekan perolehan margin perusahaan makanan minuman, terutama pada perusahaan yang memiliki ketergantungan besar terhadap bahan baku impor. Margin perusahaan tertekan akibat biaya produksi yang terus meningkat tanpa mampu diimbangi dengan kenaikan harga jual.

(Baca : Harga Daging Ayam Melonjak, KFC Kerek Harga Jual)

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI) menuturkan margin rata-rata perusahaan makanan minuman telah menyusut antara 3%-5%. Biaya produksi rata-rata perusahaan makanan minuman terus mengalami lonjakan. Menurutnya, saat ini banyak bahan baku industri makanan minuman yang mayoritas masih didapat melalui impor, seperti bahan baku industri terigu sebesar 100%, gula 80%, garam 70%, susu 80%, kedelai 70% dan jus buah 70%.

Namun, untuk menyiasati pelemahan nilai tukar rupiah terhadap kenaikan biaya produksi banyak perusahaan makanan minuman belum berani menaikan harga jual karena masih dibayangi kekhawatiran pelemahan daya beli.

"Penjualan produsen makanan minuman sebetulnya naik, namun belum seperti target yang diharapkan," ujar Adhi kepada Katadata, Selasa (4/9).

Karenanya, beberapa produsen mulai menyiasai kenaikan biaya produksi dengan melakukan efisiensi seperti dengan menggunakan bahan baku alternatif, menyiasati dari segi ukuran maupun kemasan.

Adhi pun berharap pemerintah segera mengatasi masalah nilai tukar rupiah yang lambat laun diakuinya cukup memberatkan kinerja industri, seperti dengan membenahi kebijakan yang bisa berdampak terhadap penurunan ongkos logistik, mendorong ketersediaan bahan baku dalam negeri atau pembenahan hulu dan hilir untuk industri mamin jika ingin menjadikannya sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi.