Wakil Menteri BUMN: Penanganan Asabri Lebih Sulit Ketimbang Jiwasraya

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo usai bertemu Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (25/10/2019).
13/1/2020, 17.33 WIB

PT Asuransi Jiwasraya dan PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) sama-sama gagal dalam menempatkan portfolio investasi. Namun, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menilai, penyelesaian masalah Asabri tak bisa disamakan dengan Jiwasraya.

Kartika menjelaskan, Asabri merupakan perusahaan asuransi sosial, bukan privat atau komersil. Maka, dalam menyelesaikan persoalan ini, Asabri tidak bisa bekerja sama dengan pihak lain secara business to business (BtoB).

Oleh karena itu, menurut dia mencari  jalan keluar atas persoalan Asabri lebih sulit dibandingkan Jiwasraya. “Agak sulit karena mereka asuransi sosial," ujar Kartika di Kantor Mahkamah Agung, Jakarta, Senin (13/1).

Ia mengungkapkan, kementeriannya belum memiliki opsi untuk menyelamatkan Asabri. Kementerian juga belum memiliki angka pasti kerugian akibat persoalan tersebut.

(Baca: Investasi Saham Jeblok, Asabri Pastikan Pembayaran Klaim Masih Normal)

Sebab, kedua hal itu masih dikaji bersama dengan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK). "Belum tahu. Kami baru ingin teliti dulu kejadiannya seperti apa, dan lose berapa. Kalau Asabri belum ada opsi," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Kemanan Mahfud MD menyebutkan, ada dugaan korupsi di Asabri lebih dari Rp 10 triliun. Ia ingin persoalan ini segera diproses secara hukum agar kebenaran dan kejelasan kasus dana pensiun Tentara Nasional Indonesia (TNI) terungkap.

Apalagi ada uang prajurit dan tentara yang telah mengabdi di Asabri. “Mungkin tidak kalah fantastis dengan kasus Jiwasraya, di atas Rp 10 triliun,” kata Mahfud di Jakarta, akhir pekan lalu (10/1).

(Baca: Kementerian BUMN Akan Rombak Jajaran Direksi Asabri)

Seperti halnya dengan Jiwasraya, menempatkan portofolio investasi pada saham yang harganya anjlok. Salah satunya, Asabri memiliki 5,04% saham di PT Trada Alam Mineral (TRAM), yang harganya turun 65,75% sejak awal dibeli pada 18 Desember 2017 hingga 8 Januari 2020.

Selain itu, Asabri memiliki saham di PT Alfa Energi Investama (FIRE), yang harganya anjlok 94,97% sejak 27 Juli 2018 hingga 8 Januari 2020. Lalu, harga saham PT Hartadinata Abadi (HRTA) juga turun 27,4% sejak 30 Oktober 2017 hingga 8 Januari.

(Baca: Banyak Kasus, OJK Perketat Pengawasan Asuransi)

Reporter: Fariha Sulmaihati