Presiden Joko Widodo mengajak para pengusaha ikut membantu pemerintah mendorong peningkatan ekspor dan investasi. Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi defisit neraca perdagangan Indonesia saat ini.
Jokowi mengatakan, defisit neraca dagang telah menjadi masalah yang lama dialami Indonesia. "Problem besar yang kita hadapi dalam berpuluh tahun dan belum terpecahkan sejak lama adalah neraca transaksi berjalan yang selalu defisit," kata Jokowi di depan para pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Minggu (26/5).
Menurut Jokowi, pemerintah sebenarnya telah mengetahui akar masalah tersebut. Hanya saja, masalah defisit neraca dagang belum juga dapat diatasi.
(Baca: IHSG Diprediksi Menguat di Tengah Panasnya Kondisi Politik)
Karenanya, Jokowi meminta bantuan dari para pengusaha untuk dapat mengatasi persoalan tersebut. Menurut Jokowi, para pengusaha dapat membantu pemerintah dengan mendorong ekspor dan investasi.
Jokowi menilai peningkatan ekspor dan investasi merupakan dua kunci utama Indonesia terbebas dari masalah defisit neraca dagang. "Saya ajak kepada seluruh rekan di Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) agar dua hal kunci tadi bisa dikerjakan," ujar Jokowi.
Selain itu, Jokowi mengajak para pengusaha untuk dapat mendorong pusat ekonomi di berbagai daerah. Hal itu dilakukan untuk menumbuhkan ekonomi daerah seiring dibangunnya berbagai infrastruktur oleh pemerintah.
Jokowi pun mengajak para pengusaha bekerja sama dengan kementerian dan pemerintah daerah dalam konteks pendidikan vokasi. Hal tersebut dilakukan agar ada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia dalam lima tahun ke depan.
"Link and match antara industri dan pendidikan sangat dibutuhkan," kata Jokowi.
(Baca: Dampak Dua Kebijakan Migas terhadap Defisit Transaksi Berjalan)
Tanpa itu semua, Jokowi menilai akan sulit bagi Indonesia untuk bisa menjadi negara dengan ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2045. Malah, Jokowi menilai Indonesia bisa terjerumus dalam jebakan negara berpendapatan menengah.
"Tanpa tiga hal tadi, jangan bermimpi kita memiliki Indonesia Emas di 2045," ucapnya.
Untuk diketahui, BPS mencatat defisit neraca transaksi berjalan Indonesia pada April 2019 menyentuh US$ 2,5 miliar. Angka tersebut merupakan defisit terbesar sepanjang sejarah Indonesia merdeka.