Harga gula pasir terus melambung hingga mencapai Rp 17.000 per kilogram di tingkat konsumen. Hal ini disebabkan oleh menipisnya pasokan gula di tingkat pedagang atau distributor.
Berdasarkan pantauan katadata.co.id di Pasar Palmerah, Jakarta Barat, harga gula di tingkat pedagang besar atau agen mencapai Rp 15.000 per kilogram.
(Baca: Pemerintah Percepat Impor Gula, Bawang Putih, dan Daging Kerbau)
Trimo (51) satu pedagang besar di pasar tersebut menjelaskan, pasokan gula kemasan mulai terbatas. Pedagang bahkan hanya dijatah satu karton dalam sepekan. Bahkan dalam tiga minggu terakhir, pengiriman gula kemasan tak pernah datang.
"Sekarang yang langka gula kemasan. Memang lebih murah yang kemasan tapi malah langka, saya juga tidak tahu itu," kata dia, Rabu (11/3).
Akibat kelangkaan gula pasir kemasan, stok gula pasir yang dijualnya dalam karung selalu habis dengan cepat. Biasanya Trimo mampu menjual lima ton gula dalam dua minggu yang dibanderol harga per karungnya seharga Rp 750 ribu.
Sementara salah seorang pedagang sembako yang ditemui Katadata menyatakan menjual gula kepada konsumen Rp 17.000 per kg.
(Baca: Harga Pangan Naik Imbas Corona, Pemerintah akan Hadapi Kondisi Darurat)
Salah satu pengecer yang ditemui, Endang (47) menjelaskan harga gula sudah naik, sebab barang yang dia peroleh dari pedagang atau distributor besar pun harganya sudah naik. "Gula sudah naik Rp 17.000 per kilogram," kata dia.
Tak hanya di tingkat pedagang pasar, kondisi serupa juga terjadi di tingkat retail modern. Kelangkaan pasokan, ditambah harganya yang masih sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp 12.500 per kilogram membuat masyarakat berbondong-bondong membeli gula.
Kendati demikian, harga gula kemasan yang dijual di tingkat retail modern tidak ada kenaikan dari harga normal. "Sekarang stoknya habis karena laku sekali. Pembeli dibatasi maksimal dua kilogram," ujar Dani (23) salah satu karyawan Indomaret.
Berdasarkan pantauan situs Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga gula rata-rata secara nasional saat ini mencapai Rp 17.400 per kilogram. Angka ini meningkat drastis dibanding ketentuan harga eceran yang dipatok Rp 12.500 per kg.
Berdasarkan data situs, kenaikan harga gula terjadi di sebagian besar provinsi seperti Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Bali, Kalimantan Selatan, bahkan di DKI Jakarta harga gula telah mencapai Rp 17.350 per kilogram.
Harga gula pasir terus melambung sejak awal tahun, yakni dari Rp 13.950 per kilogram pada 2 Januari 2020 menjadi Rp 15.800 per kilogram pada Jumat (6/3). Kenaikan ini seiring pasokan yang menipis, padahal permintaan masyarakat tinggi. Tren kenaikan harga gula bisa dilihat dari Databoks berikut:
Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Budi Hidayat membenarkan telah terjadi kelangkaan pasokan gula. Padahal, menuurut infromasi yang pernah ia terima, Kementerian Perdagangan telah memanggil beberapa pabrikan untuk mendata kuota impor yang dibutuhkan untuk menekan harga.
"Stoknya semakin menipis kalau yang dapat izin impor gulanya sudah datang akan berpengaruh terhadap kondisi pasar," kata dia kepada Katadata.co.id.
Adapun Kementerian Perdagangan atau Kemendag menyatakan impor gula kristal mentah akan masuk pada akhir Maret 2020. Pemerintah berharap tambahan pasokan mampu menurunkan harga gula.
(Baca: Mendag Sebut Impor Gula 260 Ribu Ton Masuk Akhir Maret)
Impor tersebut merupakan bagian dari Surat Perizinan Impor (SPI) yang telah dikeluarkan oleh Kemendag sebesar 438.8 ribu ton. Gula kristal mentah tersebut akan diolah oleh industri menjadi gula kristal putih guna memenuhi kebutuhan konsumsi.
"Akhir bulan ini masuk lagi 260 ribu ton," kata Menteri Perdagangan Agus Suparmanto di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu (11/3).
Setelah mengecek stok importir, Agus menyebut terdapat pasokan gula hingga 160 ribu ton. Oleh karena itu, ia meminta importir dan distributor untuk mempercepat penyaluran gula ke pasar. Selain itu, pemerintah akan menggelar operasi pasar untuk mengatasi lonjakan harga gula pasir.
Menurutnya, harga gula pasir meningkat lantaran ada kendala pada distribusi. Proses pengolahan membutuhkan waktu selama sepekan. "Makanya kami minta dipercepat," ujar dia.