Penunjukkan Ruangguru sebagai salah satu mitra dalam program kartu prakerja menuai pro-kontra beberapa waktu terakhir. Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari pun menjelaskan mengenai proses kontrak para mitra, termasuk Ruangguru dalam program kartu tersebut.
Menurutnya, pembahasan kartu prakerja telah dilakukan sejak Juni 2019 atau sebelum Denni ditugaskan untuk menangani kartu prakerja. Konsultasi dilakukan dengan para stakeholder terkait, pengusaha, dan lebih dari 50 human resource development (HRD) dari perusahaan platform digital.
(Baca: Lampaui Kuota, Pendaftar Kartu Prakerja Capai 7,65 Juta Orang)
Pemerintah lantas menyusun syarat yang harus dimiliki mitra digital platform, seperti memiliki cakupan nasional di bidang kemampuan teknologi informasi, memiliki kemampuan mengkurasi lembaga pelatihan, dan kerja sama dengan lembaga pelatihan. Syarat tersebut dinilai sebagian besar terdapat pada perusahaan unicorn.
Meski begitu, aturan itu baru keluar pada 27 Maret 2020 melalui Peraturan Menteri Koordinator Perekonomian RI Nomor 3 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja.
Saat menawarkan kerja sama, Denni menyebut, ada dua unicorn yang menolak menjadi mitra kartu prakerja. Ini dikarenakan model bisnis mereka tidak sesuai dengan program kartu. Sedangkan ruangguru, dinilai memiliki model bisnis yang sejalan dengan kartu prakerja.
"Core business mereka memang menjual modul, dan besar. Kami tidak bisa menafikkan itu dan sudah menjadi fakta," ujar Denni.
Meski begitu, proses pemilihan mitra tidak terbatas pada unicorn yang fokus pada bisnis pendidikan dan pelatihan. Pemerintah turut mengikutsertakan Tokopedia dan Bukalapak meski model bisnis perusahaan berupa penjualan barang. Pemerintah pun menyerahkan keputusan kerja sama kepada para mitra.
Nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) kartu prakerja dengan delapan mitra pun ditandatangani pada 20 Maret 2020. Meski begitu, penandatanganan tersebut dilakukan terlambat dari rencana awal.
(Baca: Belva Luruskan Kabar Soal Mayoritas Investor Ruangguru Asal Singapura)
MoU seharusnya diteken pada November 2019. Namun tertunda, karena pemerintah ingin mendorong investor di balik para mitra untuk menanamkan dananya lebih besar. Dengan demikian, kemampuan layanan para mitra dapat lebih besar sehingga dapat melaksanakan program kartu prakerja.
Investor Asing
Denni juga menanggapi polemik terkait investor di balik Ruangguru. Ia tidak mempermasalahkan asal investor yang telah menanamkan dananya di startup pendidikan tersebut.
"Kalau Ruangguru diinvestasi oleh asing, itu menunjukkan kepercayaan investor terhadap anak Indonesia. Mari buka perspektif itu karena ini PT Indonesia, sehingga tunduk pada aturan Indonesia," ujar dia.
CEO Ruangguru Adamas Belva Syah Devara pun akhirnya angkat bicara terkait polemik investor ruang guru. Dalam keterangannya di akun media sosial pribadi, Belva membantah kabar tersebut.
“Tidak benar bahwa ‘mayoritas dimiliki investor Singapura',” kata Belva menjawab salah satu warganet melalui akun Instagram-nya @belvadevara, Rabu (22/4).
Isu ini mencuat lantaran ada warganet dengan nama akun @muhammad_hadian bertanya tentang kepemilikan saham Ruangguru. Kabar bahwa Ruangguru bukan startup Indonesia muncul, lantaran ada perusahaan bernama Ruangguru Pte Ltd yang terdaftar di Singapura.
Belva mengatakan, perusahaan itu memang kepunyaan Ruangguru. “Ya Ruangguru Pte Ltd di Singapura punya saya juga. Selain itu, kami ada perusahaan Ruangguru lain dan ratusan pegawai di Vietnam dan Thailand. Semuanya punya saya, anak muda kebangsaan Indonesia,” katanya.
(Baca: Pendiri Ruangguru Bantah Terima Dana Program Kartu Prakerja)
Ruangguru diketahui sudah merambah Vietnam sejak tahun lalu, dengan nama usaha Kienguru. Selain itu, startup Tanah Air ini berencana ekspansi ke satu negara lain tahun ini. Hanya, Belva belum mau menyebutkan nama negara yang bakal dirambah.
Berdasarkan laporan Crunchbase, Ruangguru dengan nama perusahaan PT Ruang Raya Indonesia terdaftar di Indonesia dan berbasis di Jakarta. Investor Ruangguru di antaranya Venturra Capital, UOB Venture, East Ventures, General Atlantic, dan GGV Capital.
East Ventures berinvestasi dalam putaran pendanaan awal (seed funding) pada 2014. Lalu, Venturra Capital masuk lewat pendanaan seri A pada 2015. Kemudian, Ruangguru mendapat dana segar dari UOB Venture melalui pendanaan seri B pada 2017.