Pemerintah Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali telah sukses melaksanan Buleleng Festival (Bulfest) yang ke enam kali pada 2-6 Agustus 2018 yang lalu. Bulfest kali ini mengambil tema ‘The Spirit of Pluralism’ atau semangat keberagaman.
Selain pertujukan seni, festival ini juga diramaikan dengan berbagai macam sajian kuliner nusantara. Setidaknya ada 64 booth yang menawarkan makanan dan minuman yang menggugah selera. Bulfest merupakan festival seni dan budaya yang diadakan setiap tahun dan juga menjadi salah satu yang dipromosikan dalam 100 Calendar of Event Wonderful Indonesia.
Kepala Dinas Pariwisata Buleleng, Nyoman Sutrisna mengatakan, Buleleng memang sedang bersiap untuk menjadi tujuan utama pariwisata Bali. “Target kunjungan wisatawan selalu terpenuhi. Di tahun 2018, kami menargetkan kunjungan wisatawan ke Buleleng sebanyak satu juta kunjungan,” katanya.
Lebih lanjut Nyoman Sutrisna menjelaskan, Buleleng memiliki sebanyak 15 festival. Enam dari festival tersebut berada di tingkat kabupaten dan sembilan berada di tingkat kecamatan.
“Kami juga telah mempersiapkan 86 daya tarik wisata di Buleleng, yang sebelumnya hanya 30 daya tarik wisata, dan ini sudah di Perbub-kan,” tambah Nyoman Sutrisna.
Pertumbuhan desa wisata di wilayah Kabupaten Buleleng pun cukup pesat. “Saat ini kami memiliki 31 desa wisata dari sebelumnya hanya tujuh desa wisata,” ucap dia.
Salah satu upaya yang sedang dilakukan Pemerintah Kabupaten Buleleng adalah meningkatkan akses transportasi ke Buleleng. Salah satunya proyek yang dipersiapkan adalah pembangunan jalan pintas Denpasar ke Singaraja yang baru. Saat ini wisatawan memerlukan waktu 2-3 jam perjalanan dari Denpasar.
“Jika pembangunan jalan ini sudah selesai, waktu tempuh (Denpasar-Singaraja) menjadi satu jam saja,” ungkap Bupati Buleleng Bali, Putu Agus Suradnyana kepada Katadata pada Senin, 13 Agustus 2018.
Salah satunya adalah program pelayanan kesehatan yang berstandar pariwisata bekerja sama dengan Dinas Kesehatan kabupaten Buleleng. Program ini menghasilkan fasilitas dan sumber daya manusia yang ramah terhadap wisatawan, terutama wisatawan asing.
Garam Piramid
Selain itu, Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng juga sedang mengembangkan garam piramid sebagai oleh-oleh khas Singaraja. “Garam piramid satu-satunya ada dunia, ada di Buleleng,” terang Nyoman Sutrisna.
Garam piramid merupakan garam yang dibuat tanpa cetakan. Garam jenis ini dibuat dengan cara melarutkan garam palungan yang sudah jadi dengan air tawar. Larutan garam tersebut kemudian dimasukkan ke dalam green house atau rumah kaca untuk proses pengeringan. Jika cuaca cerah, dalam rentang 2-3 hari garam piramid sudah bisa dipanen.
“Saat ini kami bekerja sama dengan hotel dan restoran di sepanjang pantai agar wisatawan tertarik untuk mengetahui cara pembuatan garam,” jelas Nyoman Sutrisna.
Garam piramid tersebut memiliki setidaknya 17 rasa yang dikembangkan Dinas Pariwisata bersama-sama dengan petani garam di Buleleng. Cara pembuatannya dengan mencampur larutan garam dengan ekstrak rasa yang diinginkan sebelum dibawa ke rumah kaca. Varian rasa yang ditawarkan antara lain, rasa arang, stroberi, bunga kenanga, merica, cabai, daun sereh, jahe, dan lain-lain. Di dalam negeri, garam piramid sering dijadikan untuk bahan lulur di spa atau salon kecantikan.
“Permintaan dari Eropa, khususnya Belanda, senangnya dengan varian garam rasa arang,” ucapnya.