Pengembangan Industri Wisata 4.0 Tarik Turis Milenial

ANTARA FOTO/Wira Suryantala
\Wisatawan berfoto di Pura Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali, yang berjarak enam kilometer dari kawah gunung Agung atau kawasan rawan bencana, Jumat (20/10).
Penulis: Pingit Aria
1/3/2019, 17.35 WIB

Pemerintah mengembangkan pariwisata atau tourism 4.0 untuk menarik wisatawan milenial. Jumlah wisatawan milenial diprediksi mencapai 50% dari keseluruhan turis inbound ke Indonesia dengan proyeksi pertumbuhan berlipat. 

“Sebagai perbandingan, Malaysia dalam program tourism 4.0 menargetkan pertumbuhan 4 kali lipat pada 2030, sedangkan Spanyol menjadi negara yang paling berhasil dalam tourism 4.0,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya melalui siaran pers, Jumat (1/3).

Arief mengatakan, wisatawan milenial punya ciri khas perilaku yang cenderung lebih mandiri dan individual. Ia mencontohkan, wisatawan Tiongkok yang dahulu dikenal karena kerap bepergian secara berkelompok, sekarang lebih banyak yang menjadi individual.

(Baca juga: Garap Wisata Halal di Mandalika, Investor Qatar Kucurkan Rp 7 Triliun)

Menurut pengamatannya, di antara negara yang paling sukses mengembangkan tourism 4.0 adalah Spanyol. “Spanyol telah menerapkan pariwisata 4.0 di beberapa destinasi utamanya dengan membangun ekosistem digital mulai dari inspiration, kedatangan, obyek wisata, hingga post-trip,” kata Arief Yahya.

Arief mengatakan, Kementerian Pariwisata saat ini sedang mempersiapkan transformasi menuju tourism 4.0. Salah satunya dengan membawa sektor pariwisata go digital.

 “Suka atau tidak suka, sudah terjadi perubahan perilaku pasar. Semua telah bergeser ke arah digital dan saat ini industri dunia telah bergeser ke arah industri digital era 4.0,” kata Arief Yahya.

(Baca juga: Dorong Pariwisata, Garuda Turunkan Harga Tiket Rute Jakarta-Padang 40%)

Perubahaan perilaku pasar, kata Arief Yahya, lebih lanjut diikuti pula dengan berubahnya perilaku konsumen (customer behavior) yang semakin mobile, personal, serta interaktif. 

Dalam industri pariwisata, perubahan perilaku konsumen itu terlihat sejak perencanaan dengan riset tujuan Wisata yang 70% prosesnya dilakukan secara digital. “Industri travel agen sudah tidak lagi bisa mengandalkan walk in service untuk reservasi tiket dan memilih paket wisata,” katanya.