Kelompok Warga Cilegon Kelola Sampah, Ubah Plastik Jadi BBM

Katadata/Ameidyo Daud
Industri Pengolahan Sampah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Sehati Maju Bersama yang dikelola oleh warga Serdag Baru, Kota Cilegon, Banten.
Penulis: Ameidyo Daud
9/9/2019, 19.54 WIB

Upaya mengurangi sampah plastik dapat ditempuh dengan berbagai cara. Salah satunya seperti yang dilakukan Industri Pengolahan Sampah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Sehati Maju Bersama yang dikelola oleh warga Serdag Baru, Kota Cilegon, Banten.

KSM Sehati ini dapat mengolah sampah plastik hingga menjadi bahan bakar setara bensin dan minyak tanah. Caranya, dengan memasukkan plastik ke dalam alat pengolahan bernama pirolisis untuk disuling hingga terfragmentasi menjadi tiga bahan bakar cair. 

"Ini karena plastik berbahan dasar nafta, dari minyak (bumi) juga," kata Kepala Produksi KSM Sehati Maju Bersama yakni Ishak Ferdinand kepada sejumlah awak media di Cilegon, Senin (9/9).

(Baca: Jokowi Diminta Setop Impor Sampah Plastik)

Katadata.co.id bersama beberapa media sempat meninjau lokasi pengolahan sampah ini di Cilegon, Senin (9/9). Tempat pengolahan sampah seluas sepertiga lapangan bola ini persis berada di tengah-tengah pemukiman warga. Terdapat beberapa ruang mulai dari pengolahan pupuk, pirolisator, ruang rapat, kolam, hingga balai pertemuan.

Banyaknya ruangan pengolahan lantaran konsep pengolahan sampah di Serdag Baru menggunakan program Masaro (Manajemen Sampah Zero) yang diperkenalkan oleh Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran Institut Teknologi Bandung (ITB), Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D.  Sedangkan PT Chandra Asri Petrochemical lantas memberikan dukungan infrastruktur pengolahan sampah. Dukungan program ini juga diberikan Asosiasi Industri Olefin Aromatik Plastik Indonesia (Inaplast). 

Dengan sistem ini, sampah dipilah sesuai nilai keekonomiannya sehingga mayoritas dapat didaur ulang. Community Relations Senior Officer Chandra Asri yakni Wawan Mulyana menjelaskan cara kerja sistem yang telah mulai dikerjakan sejak Februari lalu.

Sampah rumah tangga dikumpulkan menjadi empat bagian. Pertama adalah sampah organik (sisa makanan), kedua, sampah bakar semodel pampers, tisu, pembalut, hingga kertas.

Ketiga, sampah plastik film seperti styrofoam, plastik kresek dan bahan-bahan plastik lainnya. Yang keempat plastik kerasan, logam, hingga kaca. "Di sini peran warga, untuk memilah," kata Wawan saat memberi pemaparan.

Usai dipilah, bahan-bahan tadi akan diolah menurut jenisnya. Sampah plastik film akan masuk pirolisator untuk diolah menjadi BBM. Sampah bakar digunakan untuk menjadi bahan bakar pirolisator. Sampah organik busuk dijadikan pupuk, sedangkan sampah daur ulang akan masuk industri dan dijadikan produk yang sama.

"Fungsinya untuk komersialisasi (produk) tingkat rumah tangga," kata Wawan.

(Baca: Ekspor Produk Daur Ulang Plastik Ditaksir Tembus Rp 6,2 Triliun)

Sampah plastik film akan masuk ke dalam reaktor tabung besar bernama pirolisator adalah sebuah yang dapat dipanaskan pada suhu 200 derajat Celsius. Tujuannya untuk memecah hidrokarbon pada sampah plastik. Dari proses ini, akan terbentuk tiga bahan bakar yakni bensin, solar, serta minyak tanah.

Bahan bakar hasil olahan plastik telah digunakan untuk operasional motor pengangkut sampah di Serdag Baru. Dalam uji coba terakhir bahkan 16 kilogram sampah telah diolah masuk pirolisator dan menghasilkan 2 kilogram (setara 1,6 liter) solar, 1,5 kilogram (setara 1,2 liter) bensin, serta 0,5 kilogram (setara 0,4 liter) minyak tanah. 

"Sebenarnya besaran konversinya bisa berubah-ubah tergantung prosesnya. Tapi rata-rata satu kilogram itu setara 0,8 liter (bahan bakar)," kata Zainal yang juga hadir dalam peninjauan.

Meski mampu menjalankan mesin sepeda motor, namun Head of Corporate Communication Chandra Asri Angelin Sumendap mengatakan secara komersil bahan bakar ini masih harus melalui tahap uji coba dulu.

“Karena kami perlu mengetahui kandungan oktannya,” kata Angelin.

Wawan mengatakan, untuk menumbuhkan minat memilah, maka pihaknya menyediakan voucher seharga Rp 25 ribu bagi masyarakat yang memisahkan sampah. Harga sampah yang dipilah juga bervariasi mulai dari Rp 100 untuk beling hingga Rp 25 ribu untuk kuningan.

Untuk memastikan sistem berjalan lancar maka Chandra Asri juga menggandeng Digital Waste Solution (DWS) guna mencatat data sampah yang masuk dari rumah tangga. “Voucher bisa ditukar kebutuhan rumah tangga seperti minyak goreng," kata Wawan.

(Baca: Menengok Pengelolaan Sampah di Jakarta dan Surabaya)

Ketua KSM Sehati yakni Murad M. Yasin mengatakan fasilitas Masaro ini baru mulai terwujud setelah pihaknya bekerja sama dengan Chandra Asri. Awalnya lingkungan kampung hanya memiliki bank sampah yang mulai dikelola tahun 2017, namun saat itu masyarakat belum meminati produk olahan yang dihasilkan. Setelah dikeroyok dengan konsep Masaro bersama Chandra Asri, KSM tersebut berhasil membuat dan menjual pupuk cair dari bahan organik.

Pupuk tersebut hingga saat ini telah diproduksi sebanyak 10 ribu liter dengan harga Rp 50 ribu untuk kemasan 1 liter dan Rp 25 ribu untuk 0,5 liter. "Nama (produknya) Poci," kata Murad.

Angelin Sumendap mengatakan alasan pihaknya mendukung Masaro ini untuk membantu pemerintah mengelola sampah. Selain itu, Chandra Asri ingin menepis anggapan plastik merupakan biang keladi masalah sampah saat ini. 

"Apalagi di kota Cilegon ini sampah plastik hanya 20%. Jadi kalau ada masalah jangan-jangan di pengelolaannya," kata Angelin.

Sedangkan warga yang bernama Titin mengatakan warga terbantu dengan konsep pemilahan ini. Saat ini pengambilan dan daur ulang sampah telah dilakukan dengan melibatkan 1.000 Kepala Keluarga (KK). Dia berharap, setelah pupuk dan BBM, ada produk lain yang dapat dihasilkan oleh pengolahan sampah ini.

"Ibu-ibu juga senang karena dapat voucher," katanya.