Fadel Muhammad, Pimpinan MPR dari Unsur DPD yang Pernah Pailit

ANTARA FOTO/SUSANTI SAKOAA
Penulis: Pingit Aria
4/10/2019, 12.54 WIB

Fadel Muhammad terpilih sebagai salah satu pimpinan Majelis Permusyawatan Rakyat (MPR) dari unsur Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Lahir di Ternate, Maluku Utara, 20 Mei 1952, Fadel sudah malang melintang di perpolitikan Tanah Air, baik di lembaga legislatif maupun eksekutif.

Fadel Muhammad Al-Haddar, sebelumnya dikenal sebagai Gubernur Gorontalo sejak 10 Desember 2001. Bahkan, pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Provinsi Gorontalo 2006, Fadel memperoleh 81% suara yang saat itu tercatat sebagai yang tertinggi di Indonesia untuk pemilihan gubernur.

Ia tak menyelesaikan masa jabatannya karena pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Fadel dipercaya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan mulai 2009-2011 pada Kabinet Indonesia Bersatu II.

Fadel pun tercatat sebagai salah satu pendiri Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Ketua Umum Pengurus Dewan Jagung Nasional dan Ketua Umum Pusat Yayasan Al-Khairaat.

Selain itu, Fadel juga Ketua Umum Masyarakat Agribisnis dan Agroindustri Indonesia (MAI) serta Ketua Umum Induk Koperasi Karyawan (Inkopkar).

(Baca: Gerindra Melunak, Bamsoet Terpilih Jadi Ketua MPR Secara Aklamasi)

Bersamaan dengan itu, karirnya di partai politik juga menanjak dari Ketua DPD I Partai Golkar Provinsi Gorontalo, Bendahara DPP Partai Golkar (1999-2004) menjadi Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar pada 2009 2011.

Pada Pemilihan Umum 2014, Fadel maju sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dari Daerah Pemilihan Gorontalo dan terpilih sebagai wakil rakyat di Senayan periode 2014-2019.

Fadel memilih bergeser ke jalur senator pada Pemilu 2019. Ia maju menjadi calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, namun masih dari Gorontalo. Ia pun kembali dipercaya menjadi wakil rakyat di Senayan periode 2019-2024 meski dari jalur DPD.

Bahkan, sosok berusia 67 tahun itu terpilih menjadi pimpinan MPR usai mengalahkan tiga calon lain dari DPD, yakni GKR Kemas, Yorrys Raweyai dan Dedi Iskandar Batubara.

Guru Besar

Meski dikenal politikus ulung, Fadel memiliki perhatian besar terhadap dunia akademis. Ia meraih gelar Insinyur di bidang teknik industri dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1978. Saat menempuh pendidikan di ITB, ia mendapat tawaran beasiswa untuk belajar di Institut Teknologi California namun ditolaknya.

Fadel memilih untuk melanjutkan pendidikan di dalam negeri hingga meraih gelar Doktor daru Universitas Gadjah Mada. Ia juga meraih gelar profesor dan menjadi guru besar bidang public sector entrepreneurship dari Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

(Baca: Gerindra Usulkan Mekanisme Voting untuk Tentukan Ketua MPR)

Pernah Pailit

Suami Hana Hasanah Shahab ini juga dikenal sebagai pengusaha yang ulet. Pernah membantu ibunya berjualan roti semasa kanak-kanak,  jiwa wirausahanya teruji ketika menjadi pengurus Koperasi Mahasiswa ITB dengan membuka keagenan sepeda motor.

Sederet jabatan di organisasi profesi diembannya, di antaranya sebagai Ketua Komite Kadin Iran, Ketua Asosiasi Sarjana dan Praktisi Administrasi (ASPA), anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII), anggota World CEO, dan anggota American Society of Mechanical Engineers.

Selain itu, Fadel pernah menjadi salah satu pemegang saham Bank Intan yang kemudian dilikuidasi. Pernah pula mengalami perkara kepailitan melawan Bank IFI, ING Barings South East Asia Limited di Singapura serta Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

(Baca: Video: Tantangan Puan, Perempuan Pertama yang Duduki Kursi Ketua DPR)

Dalam putusan Pengadilan Niaga Jakarta pada 13 Maret 2001, Fadel dinyatakan pailit, namun kemudian dibebaskan dalam tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung (MA) pada 18 Oktober 2004.

Lengkap sudah jejak Fadel dalam kancah nasional, mulai akademis hingga politik, yang kini mengantarkannya sebagai Wakil Ketua MPR RI di bawah pimpinan Bambang Soesatyo dari Partai Golkar.

Fadel menjadi Wakil Ketua MPR bersama delapan orang lainnya, yakni Ahmad Basarah (PDI Perjuangan), Ahmad Muzani (Gerindra), Lestari Moerdijat (Nasdem), Jazilul Fawaid (Partai Kebangkitan Bangsa).

Kemudian, Syarief Hasan (Partai Demokrat), Hidayat Nur Wahid (Partai Keadilan Sejahtera), Zulkifli Hasan (Partai Amanat Nasional), Arsul Sani (Partai Persatuan Pembangunan).

Reporter: Antara