Impor Tinggi, Jokowi: Buka Lebar Investasi di Sektor Baja & Petrokimia

ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Presiden Joko Widodo bersama Prajogo Pangestu dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang meresmikan pabrik baru milik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk di Cilegon, Banten. Jokowi ingin kesempatan investasi di sektor petrokimia dan baja dibuka lebih lebar.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
11/12/2019, 17.30 WIB

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta agar peluang investasi untuk industri substitusi impor dibuka lebar. Terutama di industri sektor baja dan petrokimia untuk memangkas impor yang cukup besar di dua sektor ini.

Jokowi mengatakan, impor di sektor baja dan petrokimia berkontribusi terhadap total impor bahan baku penolong yang mencapai 74,06%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor baja mencapai US$ 8,6 miliar. Sementara, impor di industri petrokimia mencapai US$ 4,9 miliar.

“(Peluang investasi di industri baja dan petrokimia) harus betul-betul dibuka karena ini merupakan substitusi impor,” kata Jokowi saat membuka rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (11/12).

Menurut Jokowi, dorongan investasi di industri baja dan petrokimia tak hanya bisa memangkas impor tetapi juga akan menciptakan nilai tambah karena membuka lapangan kerja yang cukup besar.

(Baca: Jokowi Targetkan Impor Bahan Baku Petrokimia Bisa Disetop pada 2024)

Atas dasar itu, Jokowi meminta Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan untuk segera mencari cara mendorong investasi di industri baja dan petrokimia. “Harus ada langkah quick win yang betul konkret,” kata Jokowi.

Selain itu, Jokowi meminta agar implementasi mandatori biodiesel 30% (B30) bisa dilakukan pada Desember 2019 atau lebih cepat satu bulan dari target sebelumnya di Januari 2020. “Saya juga minta ditingkatkan kampanye peningkatan penggunaan produk dalam negeri, termasuk optimalisasi kandungan TKDN dalam proyek pemerintah,” kata Jokowi.

Korea Selatan Investasi di Sektor Baja dan Petrokimia

Terkait investasi di sektor baja dan petrokimia, Indonesia baru saja menerima investasi dari perusahaan asal Korea Selatan. DI sektor baja Pohang Iron and Steel Company (Posco) akan berinvestasi sebesar US$ 3 miliar atau Rp 42 triliun untuk meningkatkan kapasitas pabrik baja milik PT Krakatau Steel Tbk di Cilegon, Banten.

(Baca: Lotte Chemical Realisasikan Pembangunan Pabrik Rp53 Triliun di Cilegon)

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim menjelaskan, dengan kerja sama tersebut kapasitas produksi pabrik Krakatau Steel akan naik dari 6 juta ton menjadi 10 juta ton per tahun. "Target itu diharapkan bisa terwujud pada 2023-2025. Itu bagus untuk Indonesia," ujarnya di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis 21 November 2019.

Sementara di sektor petrokimia, PT Lotte Chemical Indonesia telah merealisasikan rencana investasinya membangun kompleks pabrik petrokimia senilai US$ 3,5 miliar atau sekitar Rp 53 triliun juga di Cilegon. Pabrik ini dibangun di  area seluas 100 hektare (ha) dan memiliki kapasitas produksi naphta cracker 2 juta ton per tahun.

Pembangunan pabrik petrokimia ini diperkirakan menyerap 1.500 tenaga kerja langsung dan 4.000 tenaga kerja tidak langsung antara 2019-2023. Selain itu dengan kapasitas produksi yang lebih besar diharapkan bisa mengurangi impor di sektor ini hingga Rp 15 triliun per tahun.

(Baca: Produsen Baja asal Korsel Bakal Investasi Rp 42 T di Krakatau Steel)

Reporter: Dimas Jarot Bayu