Bakal Diolah Jadi Avtur, Jokowi Ingin Tutup Ekspor Kopra

ANTARA FOTO/Akbar Tado
Ilustrasi, seorang pekerja menunjukkan kelapa yang akan diolah menjadi kopra di Desa Tadui, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (3/3).
Penulis: Rizky Alika
10/1/2020, 18.38 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin menutup ekspor beberapa komoditas, salah satunya kopra. Sebab, kopra dapat diolah menjadi pengganti bahan bakar avtur.

Kopra merupakan daging buah kelapa yang telah dikeringkan. Komoditas ini diekspor ke beberapa negara seperti India, Thailand, dan Filipina.

“Kopra minyak kelapa yang bisa menjadi avtur. Ini sudah hampir selesai (risetnya),” kata Jokowi dalam acara HUT PDI Perjuangan ke-47 di JIExpo, Jakarta, Jumat (10/1).

Jika hasil riset itu sudah keluar, maka Jokowi ingin mengganti seluruh bahan bakar pesawat dengan kopra milik petani di Tanah Air. Langkah ini bertujuan mewujudkan Indonesia yang berdikari di bidang ekonomi, seperti pesan Presiden RI pertama Soekarno

“Kita akan mandiri dan kerjakan sendiri,” ujar Jokowi. (Baca: Bahan Baku Dominasi Ekspor Komoditas Unggulan Perkebunan)

Selain kopra, Jokowi berencana menutup ekspor beberapa komoditas seperti bauksit dan batu bara. Namun, penutupan keran ekspor tersebut akan dilakukan bertahap.

Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan produsen kelapa dengan volume terbesar di dunia. Mengacu pada businesswire.com, Indonesia memproduksi 19 juta ton pada 2018. Sedangkan Filipina dan India masing-masing menghasilkan 14 juta dan 12 juta ton.  

Indonesia juga menjadi eksportir kelapa terbesar dunia. Pada 2018, Indonesia mengekspor 290 ribu ton atau mencapai 52% dari total ekspor kelapa.

(Baca: Genjot Ekspor, Jokowi dan Duterte Buka Rute Kapal Roro Davao-Bitung)

Di satu sisi, pemerintah tengah mengkaji cara menyeimbangkan harga avtur agar tarif tiket pesawat menjadi lebih terjangkau, khususnya menjelang mudik Natal dan Tahun Baru 2020. Apalagi, harga avtur di Indonesia bagian timur dan barat berbeda.

"Avtur penyebab 40% kenaikan harga tiket. Oleh karena itu, harga avtur akan dicarikan jalan keluar dengan penyeimbangan (rebalancing) harga," ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada akhir tahun lalu (2/12).

Berdasarkan data Pertamina pada Februari 2019, harga avtur di Indonesia bagian timur rerata di atas Rp 10 ribu per liter. Bahkan harga avtur Bandara Deo (Sorong), Papua untuk jenis Jet A-1 mencapai Rp 11.080 per liter (77,4 sen AS per liter).

Harga tersebut lebih tinggi 34,9% dari harga avtur di Bandara Soekarno Hatta (Jakarta) Rp 8.210/liter. Berikut grafik Databoks terkait harga avtur di Indonesia Timur:

Reporter: Rizky Alika