Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai masyarakat Indonesia cukup pintar melihat peluang dari perkembangan teknologi. Ia mencontohkan, dirinya sempat ditawari produk penggemuk badan melalui Instagram.
Memanfaatkan media sosial untuk memasarkan produk seperti itu merupakan hal yang kreatif. “Di Instagram saya sendiri misalnya, banyak yang menawarkan obat penggemuk badan," ujar Jokowi sembari bergurau, saat memberikan sambutan dalam acara Indonesia Digital Economy Summit 2020 di Ritz-Carlton Pasifik Place, Jakarta, hari ini (27/2).
Ia memantau berbagai media sosial, dan menemukan banyak masyarakat menawarkan produk mulai dari makanan, pakaian hingga obat peninggi badan. “Ini kreativitas luar biasa,” kata Jokowi.
(Baca: Potensi Ekonomi Digital Besar, Jokowi Ingin Manfaatnya Dirasakan UMKM)
Jokowi senang masyarakat memanfaatkan beragam teknologi. Apalagi, berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2019, nilai ekonomi berbasis internet di Asia Tenggara diprediksi US$ 100 miliar atau 1.418,7 triliun pada 2019. Dari jumlah tersebut, sebesar 40% atau senilai US$ 40 miliar (sekitar Rp 567,9 triliun) berasal dari Indonesia.
Pada 2025, nilai ekonomi berbasis digital di regional diproyeksi mencapai US$ 300 miliar. Di Indonesia, nilainya diperkirakan tembus US$ 133 miliar.
Jokowi mendorong masyarakat Indonesia memanfaatkan potensi ekonomi berbasis digital tersebut. Apalagi, penetrasi internet di Tanah Air mencapai 65% dari total penduduk. “Jangan sampai kita hanya jadi pasar. Kita tidak mau jadi penonton saja di tengah kemajuan ekonomi digital ini,” katanya.
(Baca: Nadiem Makarim Minta Startup Manfaatkan Program Merdeka Belajar)
Ia mendorong UMKM berjualan di platform e-commerce. Selain itu, ia berharap para startup ikut serta meningkatkan lapangan kerja dan ekspor. “Diharapkan ekonomi digital menurunkan defisit neraca perdagangan,” kata dia.
Sejauh ini, beberapa startup e-commerce nasional mulai menjajaki pasar luar negeri. Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung mengatakan, pasar ekspor yang bisa digarap startup nasional yakni pekerja migran.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, pekerja migran Indonesia mencapai 66.090 sejak awal tahun hingga Maret 2019. “Kalau melebihi itu (pasar pekerja migran), potensinya ada tetapi butuh effort besar sekali,” kata Ignatius kepada Katadata.co.id, Oktober lalu (2/10).
Utamanya, pelaku e-commerce harus melakukan kampanye terlebih dulu untuk menjaring lebih banyak pembeli di luar negeri. Selain itu, tiap negara menerapkan peraturan yang berbeda dan harus dipatuhi perusahaan.