Meski di tengah penurunan harga minyak dan pandemi virus corona, Indonesia Energy Corporation (IEC) menyatakan tidak menunda rencana kerja tahun 2020.
Dalam keterangan resminya, Senin (16/3), perusahaan minyak dan gas (migas) yang terdaftar di New York Stock Exchange (NYSE) ini, akan memulai pengeboran enam sumur baru di Blok Kruh, pada kuartal II 2020, serta eksplorasi Blok Citarum seluas 1 juta acre atau 404.685,64 hektar (Ha).
Enam sumur baru IEC di Blok Kruh akan menjadi sumur vertikal konvensional tanpa fracking. Biaya untuk mengebor masing-masing sumur diperkirakan sekitar US$ 1,5 juta atau total sebesar US$ 9 juta.
Sementara di Blok Citarum, sepanjang 2020 IEC akan melakukan operasi penilaian dan pengembangan, termasuk operasi seismik, untuk menentukan lokasi sumur pertama yang akan dibor. Harapannya, sumur awal ini akan sejajar dengan salah satu dari 4 penemuan gas alam yang telah dibuat di Blok Citarum.
(Baca: Proyek Jambaran Tiung Biru Capai 53%, Target Produksi Tetap Juli 2021)
Presiden IEC Frank Ingriselli mengungkapkan, dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan migas lain, IEC tergolong beruntung karena memiliki aset yang produktif. Selain itu, adanya pandemi virus corona juga ia katakan tidak berpengaruh pada operasional perusahaan.
"Karena itu, kami akan terus mengebor sumur secara agresif, yang harus secara signifikan meningkatkan produksi dan arus kas untuk IEC sebelum akhir tahun ini," ujar Ingriselli, dalam keterangan resminya, Senin (16/3).
Berdasarkan keterangan dalam situs resmi IEC, Produksi Blok Kruh tercatat mencapai rata-rata sekitar 9.900 barel per bulan pada tahun 2018.
IEC juga mencatat cadangan minyak mentah bruto yang terbukti dan belum dikembangkan di Blok Kruh sebesar 4,99 juta barel. Sementara, kemungkinan cadangan minyak mentah bruto yang belum dikembangkan sebesar 2,59 juta barel.
Sementara, Blok Citarum tercatat mampu memproduki minyak sebesar 45.000 barrel oil per day (bopd) dan gas sebesar 450 million standard cubic feet per day (MMscfd).
(Baca: Harga Minyak Rendah, Husky Energy Pangkas Belanja Modal US$ 900 Juta)