Sudah banyak yang menyoroti pengembalian biaya operasi minyak dan gas bumi (migas) yang akan dibebankan ke negara. Kali ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menilai terjadi peningkatan pada cost recovery tersebut di sektor hulu migas.

Penilaian Sri Mulyani diungkapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan. Menurut Jonan, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tadi mempertanyakan kondisi cost recovery yang tak kunjung menyusut di saat produksi migas turun.

(Baca: Lifting Migas Belum Capai Target, Cost Recovery Sudah US$ 5,2 Miliar).

Hal ini dibahas saat rapat komisi pengawas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) pada Jumat pekan lalu. Salah satu yang hadir dalam pertemuan tersebut yakni Sri Mulyani sebagai wakil Komisi Pengawas SKK Migas.

“Bu Sri Mulyani sampai satu jam lebih menanyakan satu hal kenapa csot recovery tidak turun padahal prdoksinya turun?” kata Jonan dalam sarasehan dan diskusi nasional hulu migas di Jakarta, Rabu (8/8).

Mendapat pertanyaan seperti itu, Jonan lantas meminta agar kontraktor lebih efisien dalam mengelola industri hulu migas. Dengan demikian, biaya cost recovery bisa lebih rendah. “Intinya, yang penting industri hulu migas harus efisien,” ujar Jonan. (Baca: Menteri ESDM Tekan Cost Recovery Hulu Migas).

Upaya efisiensi dan menekan biaya operasi ini juga pernah ia sampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Pada rapat kerja petengahan bulan lalu dengan Komisi Energi, Jonan bahkan sudah mengungkapkan target maksimal yang  hendak dicapai.

Menurutnya, SKK Migas memperkirakan realisasi cost recovery mencapai US$ 11,34 miliar hingga akhir tahun. Namun angka itu dinilai terlalu besar dan sudah melampaui target yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018.

Dalam APBN 2018, cost recovery dipatok US$ 10,39 miliar. “Saya sudah minta sama SKK Migas, cost recovery itu sama dengan yang ditargetkan APBN,” kata Jonan ketika itu. (Baca juga: Jonan Ancam Tolak Kenaikan Cost Recovery jika Produksi Turun).

Jika mengacu data SKK Migas, produksi siap jual atau lifting migas sepanjang semester satu 2018 belum mencapai target. Penyebabnya adalah kendala operasional yang dihadapi kontraktor.

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi pernah mengatakan lifting migas selama enam bulan pertama ini hanya 96 % target APBN 2018 sebesar 2 juta boepd. “Lifting migas 1.923 ribu boepd,” kata dia dalam konferensi pers kinerja Semester I 2018 Hulu Migas di Jakarta, awal Juli lalu.

Jika dirinci, lifting minyak sejak awal tahun hingga akhir Juni mencapai 771 ribu barel per hari (bph), targetnya 800 ribu bph. Adapun lifting gas bumi mencapai 1.152 juta boepd atau 96 % dari target yang sebesar 1,2 juta boepd.

Sementara realisasi cost recovery hingga Juni 2018 mencapai US$ 5,2 miliar, ini sudah 51 % dari target APBN sebesar US$ 10,1 miliar. Karena itu, Amien memperkirakan hingga akhir tahun cost recovery bisa bengkak hingga US$ 11,3 miliar. Salah satunya dipengaruhi harga minyak dunia.