Harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Oil Price/ICP) ditetapkan sebesar US$ 70 dolar per barel di dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau RAPBN tahun depan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, keputusan ICP tersebut bukanlah hal mudah. "Ini prediksi paling sulit. Tren beberapa bulan terakhir meningkat," kata dia di dalam konferensi pers RAPBN 2019, Jakarta, Kamis (16/8).
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu mengatakan, sejumlah pengamat memprakirakan harga minyak mentah bisa mencapai US$ 90 per barel. Pemerintah Indonesia menyepakati ICP di level US$ 70 per barel, ini diasumsikan sebagai kisaran aman untuk APBN yang kredibel.
(Baca juga: Jonan Tetapkan Formula Baru Harga Minyak Indonesia)
Sementara itu, Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo menuturkan bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi pergerakan harga minyak mentah global maupun domestik. "(Faktor) geopolitik global, peningkatan permintaan, dan penggunaan energi alternatif," ujarnya.
Adapun, di dalam asumsi makro ditetapkan bahwa capaian produksi siap jual (lifting) minyak bumi pada tahun depan mencapai 750.000 barel per hari (bph). Artinya, proyeksi lifting turun dibandingkan dengan asumsi tahun ini sebanyak 800.000 bph.
Sementara itu, produksi gas bumi bakal dipompa pada kisaran 1.250 ribu barel setara minyak per hari (boepd). Prakiraan ini menunjukkan peningkatan tipis dibandingkan dengan asumsi tahun ini sebanyak 1.200 boepd.
(Baca juga: Lifting Migas Belum Capai Target, Pemerintah Siapkan 6 Perbaikan)
Jokowi mengatakan, prakiraan tingkat lifting minyak dan gas bumi (migas) merujuk kepada kapasitas produksi dan tingkat penurunan alamiah lapangan-lapangan migas. Selain itu, mempertimbangkan pula proyek eksplorasi yang segera beroperasi serta rencana kegiatan produksi tahun depan.