Penyaluran BBM Satu Harga Lampaui Target

Pertamina
SPBU
31/12/2018, 17.47 WIB

Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) mengumumkan Program Bahan Bakar Minyak (BBM) Satu Harga telah melampaui target selama 2018 sebesar 73 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Hingga kini sudah terbangun 74 SPBU kompak dan mini.  

Secara total, sejak 2017-2018, BBM Satu Harga sudah mencapai 131 titik. Perinciannya, 29 titik di Sumatera, 33 titik di Kalimantan, 14 titik di Sulawesi, 3 titik Jawa- madura, 1 titik di Bali, 14 titik di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), 11 titik di Maluku, dan 26 titik di Papua dan Papua Barat.

Jika dirinci lebih lanjut, PT Pertamina (Persero) menyelesaikan 122 titik, dan PT AKR Corporindo Tbk sembilan titik. Adapun, target tahun depan akan ada 29 titik penyalur BBM satu harga, sembilan titik di Kalimantan, enam titik di Nusa Tenggara Barat, sembilan titik di Nusa Tenggara Timur, dan lima titik di Maluku dan Maluku Utara.

Total volume yang sudah disalurkan sejak tahun 2017-2018 sebesar 109.422 kilo liter (KL) dengan nilai Rp 653,06 miliar. Angka itu terdiri dari40.547 KL volume Jenis BBM Tertentu (JBT) dengan nilai Rp 208,81 miliar, dan 68.875 KL volume Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP), dengan nilai Rp 444,24 miliar.

Meski sudah ditetapkan, Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa mengatakan pihaknya akan menerima usulan penambahan titik penyaluran BBM satu harga untuk wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). "Kalau pemerintah daerah ada usulan BBM satu harga bisa kita evaluasi," kata dia di Jakarta, Senin (31/12).

Fansurullah mengatakan program ini dapat menjangkau sebanyak 421.955 keluarga. Artinya BBM Satu Harga dapat dinikmati kurang lebih 2 juta warga Indonesia di wilayah 3T.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto tidak membantah ada masalah dalam menjalankan program ini, seperti lahan dan perizinan. "Kadang-kadang sudah kami putuskan, tapi perizinannya susah," kata dia.

(Baca: Memacu Denyut Ekonomi Melalui BBM Satu Harga)

Kendala lainnya adlaah sulitnya akses menuju daerah terpencil. External Communication Manager Arya Dwi Paramita mengatakan pendistribusian menjadi salah satu tantangannya, karena akses yang sulit. "Ada wilayah yang harus menggunakan pesawat, sehingga ini menjadi tantangan untuk ke wilayah itu," kata dia.