BP Berau melakukan pemeliharaan fasilitas pengolahan atau Train 1 Proyek Tangguh, Papua Barat sejak pekan lalu. Proses pemeliharaan ini rencananya berlangsung selama 23 hari.

Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Fatar Yani Abdurahman mengatakan, proses pemiliharaan ini bisa mengurangi produksi gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG) pada Kuartal II-2019. “Bisa berkurang 690 juta kaki kubik per hari (MMscfd),” ujar dia di Kementerian ESDM, Kamis (4/4).

(Baca: ExxonMobil dan BP Berau Penyumbang Lifting Migas Terbesar Kuartal I)

Fatar mengatakan, pemeliharaan ini sudah dilaporkan ke SKK Migas. Perkiraan produksi gas alam yang bakal berkurang pun sudah direncanakan (planned shutdown). Untuk itu, menurutnya pemeliharaan ini tidak akan mengganggu pasokan gas ke konsumen karena sudah diperhitungkan.

(Baca: BP Bersiap Hentikan Produksi Train 1 Proyek Tangguh)

Senada dengannya, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan bahwa proses pemeliharaan ini sudah direncanakan. "Nanti, overall sampai akhir tahun tetap sesuai target," ujar Wisnu.

Saat ini, BP Berau Ltd tercatat sebagai penyumbang terbesar lifting gas pada Kuartal I-2019. SKK Migas mencatat, produksi gas di Blok Tangguh sebesar 181 ribu barel setara minyak per hari (barrels of oil equivalent per day/boepd) pada Kuartal I-2019.

(Baca: Hingga Februari, Lifting Migas Capai 90% dari Target)

Sebagaimana diketahui, BP mengoperasikan Proyek Tangguh LNG, yakni suatu kawasan pengembangan yang memiliki enam lapangan gas di wilayah Kontrak Kerja Sama (KKS) Wiriagar, Berau, dan Muturi di Teluk Bintuni, Papua Barat. Proyek Tangguh sudah memiliki dua train. Kapasitas dua train masing-masing 3,8 juta ton per tahun (MTPA). Jika ditotal, kapasitas keduanya 7,6 MTPA.

Nantinya menyusul satu train lagi yakni train tiga yang akan beroperasi pada tahun depan. Saat ini proyek train tiga masih tahap konstruksi. Proyek train tiga diharapkan menambah 3,8 MTPA kapasitas produksi LNG ke fasilitas Tangguh yang ada.

(Baca: Lifting Gas 2019: Tangguh, Corridor dan Jangkrik Turun, Mahakam Naik)

BP memegang hak kelola 40,2 % di proyek tersebut. Haknya meningkat dari semula 37,2 % setelah Talisman keluar. Adapun pengelola lainnya adalah MI Berau B.V sebesar 16,3 %, CNOOC Muturi Ltd 13,9 %, Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd 12,2 %, KG Berau Petroleum Ltd sebesar 8,6 %, KG Wiriagar Petroleum Ltd sebesar 1,44 % dan Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc sebesar 7,4 %.

Reporter: Verda Nano Setiawan