Pertamina dan Aramco Belum Juga Sepakati Valuasi Aset Kilang Cilacap

Katadata
Ilustrasi Kilang Migas
23/4/2019, 06.00 WIB

Pembahasan antara Pertamina dengan Saudi Aramco terkait proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap atau kilang Cilacap belum juga rampung. Meskipun, Presiden Joko Widodo sudah bertemu Menteri Energi, Industri, dan Sumber Daya Mineral Kerajaan Arab Saudi Khalid Al-Falih, pekan lalu.

Salah satu yang menjadi ganjalan proyek ini adalah belum sepakatnya Pertamina dengan Saudi Aramco terkait valuasi aset di kilang Cilacap. Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menjelaskan Pertamina dan Saudi Aramco masih melakukan pembahasan detail. 

"Ini project strategis, jadi pembahasan harus detail dan harus firmed ya," kata dia saat dihubungi katadata.co.id, Senin (22/4). Harapannya, pembahasan rampung pada pertengahan tahun ini, sehingga pengembangan kilang Cilacap bisa dimulai. "Kita lihat sampai Juni," ujarnya.

(Baca: Potensi ‘Cerai’ Pertamina dan Saudi Aramco di Kilang Cilacap)

Pemerintah berharap proyek kilang Cilacap segera berjalan. Kelanjutan proyek kilang Cilacap pun dibahas dalam rapat terbatas Kabinet Kerja yang dipimpin langsung Presiden Jokowi pada Kamis (18/4) lalu. 

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, pemerintah tengah mencari solusi agar proyek tersebut bisa segera berjalan. "Kami dorong, semoga secepatnya," ujar dia, beberapa waktu lalu.

(Baca: Sehari Usai Pemilu Jokowi Panggil Kabinet Bahas Investasi Arab Saudi)

Kerja sama Saudi Aramco dengan Pertamina untuk pengembangan kilang Cilacap sejatinya sudah disepakati sejak 2015. Dalam kerja sama ini, Saudi Aramco menyatakan siap menanamkan modal hingga US$ 6 miliar atau setara Rp 87 triliun.

Namun, Aramco meminta beragam syarat, seperti insentif pajak, lahan, hingga penyerahan aset ke anak perusahaan nantinya. Pertamina menargetkan proyek ini bisa rampung pada 2023.

Aramco Akuisisi Penuh Perusahaan Patungan dengan Shell 

Di tengah pembahasan kilang Cilacap yang masih berjalan, Saudi Aramco menyatakan akan mengakusisi 50% saham Royal Dutch Shell di perusahaan patungan kilang mereka, Saudi Aramco Shell Refinery Co (SASREF). Akuisisi bernilai US$ 631 juta tersebut ditargetkan selesai pada akhir 2019.

SASREF yang berlokasi di kota industri Jubail di Arab Saudi memiliki kapasitas penyulingan minyak mentah 305.000 barel per hari (boh). Saudi Aramco akan mengambil kepemilikan penuh dan mengintegrasikan kilang ke dalam portofolio hilirnya yang sedang tumbuh.  

"SASREF akan terus menjadi fasilitas penting dalam bisnis penyulingan dan bahan kimia kami," kata Senior Wakil Presiden bidang Hilir Aramco Abdulaziz al-Judaimi dalam pernyataan , Senin (22/4).

Aramco memang menargetkan bisa menjadi pemimpin global di sektor bahan kimia dan energi terintegrasi terbesar di dunia. Aramco bahkan berencana terus memperluas operasi pemurnian dan produksi petrokimia.