Pencapaian revisi Rencana Pengembangan (PoD) LNG Abadi Blok Masela diharapkan bisa memicu ketertarikan investor global untuk berinvestasi di sektor migas Indonesia. Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, persetujuan PoD yang dijawalkan pada 27 Juni nanti membuktikan investasi migas nasional tidak redup.
Terlebih lagi investasi Masela cukup besar hingga US$ 20 miliar. Ini menunjukkan iklim investasi Indonesia tetap menarik bagi investor. “Apalagi proyek itu ada di Indonesia bagian timur. Selain itu, Proyek LNG Lapangan Abadi juga istimewa karena berada di laut dalam,” katan Dwi seperti dikutip berdasarkan keterangan tertulis, Senin (24/6).
Dwi menilai, realisasi investasi Inpex di Blok Masela tidak hanya berkontribusi pada peningkatan produksi migas nasional, tetapi juga mendorong efek bergulir, seperti peningkatan tenaga kerja, munculnya industri pendukung, hingga potensi eksplorasi di sekitar Blok Masela.
Investasi Inpex di Blok Masela juga merupakan Foreign Direct Investment (FDI) terbesar dalam suatu proyek sepanjang sejarah Republik Indonesia. Ini menunjukkan iklim investasi di Indonesia masih sangat kondusif dan diharapkan dapat mendorong investor lainnya untuk berinvestasi di Indonesia.
(Baca: Tanda Tangan HoA Dinilai Langkah Maju Pengembangan Blok Masela)
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengungkapkan, rampungnya pembahasan rencana pengembangan terjadi setelah Inpex mendapatkan kepastian keekonomian atas proyek LNG Abadi Blok Masela. Dengan begitu diharapkan pengembangan Blok Masela bisa membawa sentimen positif bagi investasi migas Indonesia.
“Saya kira akan memberikan sentimen positif bagi kegiatan investasi di Indonesia, terutama investasi migas. Harapannya sentimen positif akan memberikan pengaruh positif pada proyek strategis migas salah satunya proyek IDD (Indonesian Deepwater Development),” katanya.
Lebih lanjut Komaidi mengatakan, perpanjangan kontrak pengelolaan Blok Masela hingga 2055 oleh pemerintah sudah tepat karena bisa memberikan ruang keuntungan bagi kontraktor. Seperti diketahui, Inpex juga memasukkan dokumen perpanjangan pengelolaan agar proyek lebih kompetitif karena mempertimbangkan prospek produksi jangka panjang.
Dengan babak baru pembahasan pengembangan LNG Abadi Blok Masela, Pemerintah telah menempatkan diri sebagai fasilitator bisnis dengan investor global. Pemerintah juga dianggap sudah mengambil pelajaran dari penundaan keputusan terhadap proyek migas bisa berdampak pada tambahan investasi dan mendorong biaya proyek semakin mahal.
“Jika pemerintah dapat tepat waktu, pada dasarnya sudah merupakan insentif tersendiri. Lebih baik tepat waktu dibandingkan harus memberikan insentif yang hanya untuk mengkompensasi keterlambatan pengambilan keputusan” ujar Komaidi.
(Baca: Pemerintah Setuju Pengembalian Investasi Proyek Masela Sebesar 15%)