Jakarta, 23 Juni 2019 - Pemangku kepentingan minyak dan gas bumi nasional optimistis selesainya pembahasan revisi Rencana Pengembangan (Plan of Development atau POD) LNG Abadi Blok Masela, bakal memicu ketertarikan investor global untuk turut berinvestasi pada sektor ini di Indonesia.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, mengatakan hal tersebut yang ditandai dengan persetujuan POD pada 27 Juni 2019. Hal ini membuktikan investasi migas nasional tidak meredup.
Sebelumnya SKK Migas dan INPEX Corporation telah menandatangani Head of Agreement (HoA) Proyek LNG Abadi, Blok Masela pada 16 Juni 2019. INPEX juga telah menyerahkan revisi POD pada 20 Juni 2019. “Investasi yang mencapai US$ 20 miliar bukan nilai yang kecil. Ini menunjukkan kita masih menarik untuk investasi migas. Apalagi, proyek itu ada di Indonesia bagian timur. Selain itu, istimewanya Proyek LNG Lapangan Abadi adalah terjadi di laut dalam,” katanya.
Realisasi investasi INPEX di Blok Masela tidak hanya berkontribusi terhadap peningkatan produksi migas nasional, tetapi juga mendorong efek lainnya, yaitu peningkatan tenaga kerja, munculnya industri pendukung, hingga potensi eksplorasi di sekitar Blok Masela.
Pengembangan Lapangan Gas Abadi,Blok Masela juga menjadi istimewa mengingat proyek strategis nasional ini terjadi di Kawasan Timur Indonesia. Sebelumnya, proyek migas strategis lain yang direalisasikan di kawasan tersebut adalah Proyek LNG Tangguh yang dioperatori BP Indonesia.
Proyek LNG Lapangan Abadi di Blok Masela merupakan proyek LNG terpadu skala besar pertama yang dioperasikan oleh INPEX di Indonesia. Rencana pengembangan yang direvisi berdasarkan skema pengembangan LNG darat dengan kapasitas produksi gas alam cair sebesar 9,5 juta ton per tahun.
Dwi menambahkan, investasi sebesar US$ 20 miliar ini merupakan jumlah foreign direct investment (FDI) terbesar dalam suatu proyek sepanjang sejarah Republik Indonesia. Hal ini menunjukkan iklim investasi di Indonesia sangat kondusif dan diharapkan dapat mendorong investor lainnya untuk berinvestasi di Indonesia.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro, mengungkapkan bahwa selesainya pembahasan rencana pengembangan ini terjadi setelah INPEX mendapatkan kepastian keekonomian atas proyek LNG Abadi Blok Masela.
Dia berharap, setelah POD disahkan tidak banyak pembahasan yang akan dilakukan antara KKKS dan Pemerintah. Jika pun ada hanya sebatas yang bersifat administrasi.
“Saya kira akan memberikan sentimen positif bagi kegiatan investasi di Indonesia, terutama investasi migas. Harapannya, sentimen positif akan memberikan pengaruh positif pada proyek strategis migas salah satunya proyek IDD (Indonesian Deepwater Development),” kata Komaidi.
Komaidi menilai perpanjangan kontrak pengelolaan Blok Masela hingga 2055 oleh pemerintah sudah tepat. Perpanjangan ini memberikan ruang keuntungan bagi KKKS. INPEX juga memasukkan dokumen perpanjangan pengelolaan agar proyek lebih kompetitif karena mempertimbangkan prospek produksi jangka panjang.
Dengan babak baru pembahasan pengembangan LNG Abadi, Blok Masela, Komaidi menambahkan, pemerintah telah menempatkan diri sebagai fasilitator bisnis dengan investor global. Pemerintah sudah belajar banyak, bahwa penundaan keputusan berdampak pada tambahan investasi yang mendorong biaya proyek semakin mahal.
“Jika pemerintah dapat tepat waktu, pada dasarnya sudah merupakan insentif tersendiri. Lebih baik tepat waktu dibandingkan harus memberikan insentif yang hanya untuk mengkompensasi keterlambatan pengambilan keputusan” tegas Komaidi.
Keberlanjutan dalam pembahasan POD LNG Abadi Blok Masela membuka peluang dan mata para investor global mengenai kesempatan investor global untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi migas di Tanah Air yang sangat potensial, karena banyaknya potensi cekungan yang dapat ditelusuri lebih dalam. Saat ini, SKK Migas mempromosikan setidaknya 10 wilayah yang berpotensi memiliki cadangan cukup besar.
Sebanyak 10 area potensial itu berlokasi di Sumatera Utara (Mesozoic Play), Sumatra Tengah (Basin Center), Sumatera Selatan (Fractured Basement Play), Offshore Tarakan, NE Java-Makassar Strait, Kutai Offshore, Buton Offshore, Northern Papua (Plio-Pleistocene & Miocene Sandtone Play), Bird Body Papua (Jurassic Sandstone Play), dan Warim Papua.
Melihat strategisnya isu eksplorasi bagi masa depan migas di Indonesia, tahun ini Indonesian Petroleum Association (IPA) akan membahas sejumlah topik terkait eksplorasi secara intensif. Forum akan menghadirkan para pembicara ahli di bidangnya dari dalam dan luar negeri pada acara tahunan IPA Convention & Exhibition 2019. Sejumlah perusahaan migas asing yang berhasil, diundang hadir untuk menyampaikan kisah sukses mereka melakukan eksplorasi di negara lain. (*)