BP Terbuka Berinvestasi Migas dengan Skema Gross Split

Katadata
Ilustrasi, Blok Tangguh yang dikelola BP. BP akan berinvestasi jika kontrak gross split dianggap cocok dengan strategi perusahaan.
16/10/2019, 22.28 WIB

Head of Country BP Indonesia Moektianto Soeryowibowo menyatakan pihaknya sudah terbiasa dengan skema kontrak yang berbeda di setiap negara. BP pun tidak menutup kemungkinan bakal menggunakan skema gross split.

Jika skema gross split dirasa cocok, maka perusahaan asal Inggris tersebut siap berinvestasi di Indonesia. "Kalau kami sebagai investor, kalau rezimnya seperti itu ya kalau pas lagi cocok kenapa tidak, kami sudah terbiasa untuk ikut investasi di tempat-tempat tertentu," ujar Moektianto di Jakarta, Rabu (16/10).

Biarpun begitu, Moektianto menyebut investasi hulu migas tidak hanya tergantung pada skema kontrak. Melainkan keekonomian lapangan dan strategi dari perusahaan.

"Masalah menarik atau tidak, itu tadi, prospek dari blok migas tersebut, keekonomian, dan sesuai dengan strategi perusahaan," kata Moektianto.

(Baca: BP Jadwalkan Pemeliharaan Fasilitas Tangguh Train 2 Tahun Depan)

Meski demikian, BP hingga kini belum berinvestasi di proyek baru hulu migas Indonesia. Padahal pemerintah kerap membuka lelang reguler blok migas sejak skema gross split diberlakukan. Moektianto pun menyatakan pihaknya masih mengevaluasi blok migas yang ditawarkan pemerintah.

"Kalau potensi dan keekonomian bagus, mungkin kami akan menilai sesuai dengan strategi BP atau tidak. Kalau sesuai, kami mungkin ikut, kalau tidak ya tidak ikut. Tapi kan saya tidak bisa bilang ikut atau tidak," katanya.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah membuka lelang tahap tiga 2019 dengan menawarkan empat blok migas, yakni East Gebang, West Tanjung I, Belayan I, dan Cendrawasah VIII.

Seluruh Wilayah Kerja tersebut ditawarkan dengan mekanisme Lelang Reguler dan menggunakan skema Kontrak PSC Gross Split sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 8 Tahun 2017 tentang Kontrak Bagi Hasil gross split dan perubahannya.

(Baca: Mulai 2020, 84 Kargo LNG Tangguh Diekspor ke Singapura)

Saat ini BP menjadi operator dari proyek Tangguh. Hingga semester I 2019, BP tercatat sebagai penyumbang lifting gas terbesar di Indonesia dengan realisasi sebesar 971 juta kaki kubik per hari (MMscfd).

Pencapaian ini naik dibanding lifting gas April lalu yang hanya 912 MMscfd. Meski begitu, realisasi ini belum mencapai target lifting dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 1050 MMscfd.

Secara keseluruhan, British Petroleum (BP) mencatat ada kenaikan produksi migas sejak 1970. Pada 1970 produksi gas domestik hanya 1,1 Million Tonnes oil equivalent/MToe (juta ton setara minyak) sementara konsumsi 1,08 MToe. Sejak 1977, produksi gas alam menunjukkan tren kenaikan seiring meningkatnya eksplorasi ladang migas.

Pada 2018, produksi gas alam nasional naik 0,4% menjadi 62,9 MToe atau setara 73,2 Billion cubic metres (Bcm) dari tahun sebelumnya. Sedangkan konsumsi gas meningkat 1,1% menjadi 33,5 MToe atau setara 39 Bcm. Selengkapnya data terkait produksi dan konsumsi gas Indonesia tercantum dalam grafik Databoks berikut ini :

Reporter: Verda Nano Setiawan