Pertamina Hulu Energi (PHE) menargetkan investasi migas tahun depan sebesar US$ 543 juta atau Rp 7,6 triliun (kurs Rp 14.100/US$). Target tersebut lebih besar dibanding target tahun ini sebesar US$ 366 juta atau sekitar Rp 5,2 triliun.
Direktur Utama PHE Meidawati mengatakan bahwa investasi tersebut untuk membiayai serangkaian kegiatan pengeboran pada 2020 yang meliputi enam sumur eksplorasi, 51 sumur pengembangan, dan 50 sumur kerja ulang (work over).
"Fluktuasi harga minyak diprediksi akan membuat supply lebih besar daripada permintaan. Kemudian perubahan pasar gas/LNG juga berpotensi menurunkan harga gas secara global," kata Meidawati kepada Katadata.co.id, Senin (2/12).
Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) PHE tahun depan juga menetapkan target produksi minyak siap jual atau lifting sebesar 84 ribu barel minyak per hari (bopd) dan 822 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) gas.
(Baca: Banyak Kendala, PHE Turunkan Target Investasi Menjadi US$ 366 Juta)
Sementara itu, hingga menjelang tutup tahun 2019 produksi minyak PHE diproyeksikan mencapai 78 ribu bopd sedangkan gas sebesar 802 MMscfd yang siap jual. Kemudian perusahaan merealisasikan pengeboran lima sumur eksplorasi, 43 sumur pengembangan, dan 47 sumur work over.
Sebelumnya, Meidawati mengaku terpaksa merevisi target investasi di tahun ini karena menghadapi beberapa kendala mengenai pengeboran sumur migas. Salah satunya terkait keterbatasan rig untuk pengeboran sumur.
Perusahaan pun harus mengubah rencana pengeboran sumur menjadi reparasi sumur atau kerja ulang pindah lapisan (KUPL) yang akhirnya berpengaruh pada capaian investasi tahun ini. Adapun target investasi anak usaha Pertamina (Persero) tersebut tahun direvisi ke bawah dari target sebelumnya sebesar US$ 445 juta.
(Baca: Susah Dapat Rig, Realisasi Investasi Pertamina Hingga Mei US$ 97 Juta)