Proyek Jambaran Tiung Biru Capai 53%, Target Produksi Tetap Juli 2021

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Pekerja beraktivitas di area Proyek Pengembangan Lapangan Gas Unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB) usai prosesi Tajak Sumur di Desa Bandungrejo, Bojonegoro, Jawa Timur, Rabu (9/10/2019).
16/3/2020, 19.27 WIB

Pertamina EP Cepu (PEPC) mengungkapkan bahwa perkembangan pembangunan proyek Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru (JTB) masih sesuai target. Perusahaan pun optimistis proyek tersebut akan selesai pada pertengahan 2021 mendatang.

"Untuk progress masih on the track. Plan 53,83%, actual-nya 53,17%," ujar Direktur Utama Pertamina EP Cepu Jamsaton Nababan kepada Katadata.co.id, Senin (16/3).

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa saat ini untuk pengadaan long lead item berupa alat pengeboran untuk proyek ini juga masih berlangsung. Perusahaan juga telah mempersiapkan pemetaan masalah dalam mengantisipasi wabah virus corona.

"Kami sudah melakukan mitigasi risiko atas isu corona. Target onstream tetap sesuai jadwal semula yaitu juli 2021," ujar Jamsaton.

(Baca: Pertamina Mulai Pengeboran Dua Sumur Baru Proyek JTB Tahun Depan)

Dia juga mengungkapkan bahwa saat ini  pihaknya sedang merampungkan pengeboran sumur ketiga di Jambaran East. Adapun sebanyak dua sumur di Jambaran East telah rampung dikerjakan. "April direncanakan akan pindah ke wellpad central untuk mengebor dua sumur lagi," kata dia.

Sebelumnya Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mendesak percepatan penyelesaian proyek JTB.

Pasalnya, berdasarkan inspeksi di lokasi dan pengawasan oleh SKK Migas, proyek JTB membutuhkan akselerasi pekerjaan termasuk pengaturan sumber daya agar keterlambatan dan potensi hambatan di masa mendatang dapat ditangani.

"Semua pihak yang terkait proyek JTB harus bekerja lebih keras lagi. Pihak PEPC dan REKIN sebagai kontraktor pelaksana proyek harus melakukan perbaikan untuk menjaga proyek JTB direalisasi onstream pada Juli 2021," kata Dwi akhir pekan lalu melalui keterangan tertulis.

(Baca: Tahun Depan Pertamina Investasi Rp 8,27 Trilun untuk Proyek JTB)

Sementara, Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Sulistya Hastuti Wahyu mengkritisi pelaksanaan Proyek JTB yang sebelumnya tidak terkoordinasi dengan baik sehingga menyebabkan proyek terlambat dari target.

Dia menilai manajemen Pertamina perlu berbenah karena telah menyebabkan keterlambatan proyek. Salah satunya yakni dengan segera mengisi jabatan-jabatan kosong yang terkait pelaksanaan proyek PEPC.

"Pertamina Persero harus ikut memberikan perhatian penuh dan mengawal proyek dengan serius. Jabatan-jabatan kosong yang terkait pelaksanaan proyek PEPC harus segera diisi agar tidak ada kendala dalam pengambilan keputusan di lapangan," katanya.

Berdasarkan mitigasi, monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Unit Percepatan Proyek JTB SKK Migas, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dan diantisipasi oleh KKKS dan kontraktor EPC agar proyek tidak terganggu lagi. Dua hal terpenting yang harus diperbaiki yaitu konstruksi dan procurement alias pengadaan.

(Baca: Pertamina Targetkan Pengeboran di Jambaran Tiung Biru Beres Pada 2020)

Seperti diketahui, proyek JTB memiliki kapasitas produksi gas 192 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan cadangan 2,5 triliun kaki kubik (TCF). Pasokan gas dari blok ini akan menggunakan pipa gas Gresik-Semarang.

Harapannya, produksi dari JTB dapat mengatasi defisit pasokan gas 19 sektor industri di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Beberapa di antaranya bergerak di bidang tekstil, ban, baja, keramik, serta makanan dan minuman.

Reporter: Verda Nano Setiawan