Organda Sebut 26 Perusahaan Taksi di Jakarta Tumbang Sejak 2016

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Ameidyo Daud
29/3/2018, 16.33 WIB

Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta mengklaim hanya 8 perusahaan taksi Jakarta yang saat ini selamat dari serbuan taksi online. Padahal tahun 2016 lalu jumlah perusahaan armada ini masih mencapai 34 perusahaan. Namun dalam dua tahun, sudah 26 perusahaan yang tumbang.

Ketua Organda DKI Jakarta Shafruhan Sinungan mengatakan hal ini berdampak kepada jumlah armada taksi yang beroperasi di Jakarta berkurang dari 25.550 unit menjadi tidak sampai 9.700 unit saat ini. "Ini karena perusahaan teknologi informasi (taksi online) yang beroperasi layaknya perusahaan transportasi dan menentukan tarif sendiri," kata dia kepada katadata.co.id, Kamis (29/3).

Untuk tenaga kerja taksi konvensional se-Jabodetabek, Shahfruan juga menyampaikan bahwa saat ini 50 ribu karyawan taksi telah menjadi korban penghentian kerja. Angka ini terdiri dari para supir serta tenaga administrasi perusahaan yang harus menghadapi diberhentikan.

"Bayangkan kalau dihitung sama keluarganya bisa 100 ribu," kata dia. Dia bahkan memprediksi apabila hal ini terus terjadi, taksi konvensional akan hilang seluruhnya dua tahun lagi.

Dia mengatakan saat ini para perusahaan taksi konvensional terus melakukan efisiensi untuk menghadapi situasi sekarang ini. Namun, langkah ini juga dianggap tidak akan mampu menyelamatkan usahanya.

Organda meminta pemerintah menegakkan Menteri Perhubungan Nomor 108 dengan tegas. karena menurutnya hanya itu saja cara menyelamatkan taksi konvensional. Langkah Kementerian Perhubungan yang membiarkan taksi online beredar, kata Shahfruan, sama saja pemerintah melanggar aturan yang dibuat sendiri.

Dia pun mengkritik keras Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. "saya katakan, kalai tidak sanggup (menegakkan aturan) lebih baik mundur," ujar dia.

Shahfruan menyebut untuk DKI Jakarta, perusahaan yang menjadi korban antara lain Sri Medali yang terpaksa menghentikan 500 armadanya. Lalu ada lagi Taxiku yang terpaksa mengoperasikan 100 armada saja dari dulunya 2.500. Taksi lain yang terdampak adalah Express yang mengalami kegagalan bayar bunga utang obligasinya Rp 23 miliar. Lagi-lagi kesulitan ini lantran bisnis Express yang terdampak kehadiran aplikator transportasi online.