Seorang jurnalis Indonesia, Veby Mega Indah, tertembak peluru karet ketika meliput demonstrasi yang terjadi di wilayah Wan Chai, Hong Kong pada Minggu (29/9). Kelopak mata kanannya terluka dan harus dijahit akibat tembakan tersebut.
Veby adalah jurnalis Suara, surat kabar berbahasa Indonesia yang beredar di Hong Kong. Informasi mengenai tertembaknya Veby diketahui dari cuitan sejumlah pengguna Twitter, seperti @yukisuet1 yang menyertakan foto Veby dengan mata yang dibalut perban sedang menerima perawatan medis di bawah jembatan Gloucester Road, Wan Chai, Hong Kong.
Kronologi Saat Veby Tertembak
Perempuan berusia 39 tahun itu tengah melaporkan secara langsung demonstrasi anti-pemerintah yang berlangsung di Wan Chai, Minggu (29/9), melalui media sosial sekitar pukul 16.00. Ia berada di kaki Revenue Tower ketika tembakan terjadi.
Seperti dilansir news.rthk.hk, Veby langsung berteriak, "First-aid! First-aid!" untuk meminta pertolongan pertama. Ia lalu jatuh ke tanah. Relawan paramedis yang berada di sekitar area tersebut segera membalut lukanya sebelum ambulans tiba sekitar pukul 17.00 waktu setempat. Veby mengatakan kepada petugas ambulans bahwa matanya terasa sangat sakit dan ia segera dibawa ke rumah sakit.
(Baca: Demonstrasi Picu Penarikan Dana Asing di Hong Kong US$ 15,6 Miliar )
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong menyatakan telah menerima laporan mengenai seorang jurnalis yang tertembak peluru karet pada Minggu sore. "Dilaporkan bahwa wartawan tersebut segera menerima perawatan dari tim medis dan dibawa ke rumah sakit," kata Konsul Jenderal Ricky Suhendar dalam pernyataan tertulis, seperti dikutip The Jakarta Post.
KJRI Hong Kong juga mengirimkan tim ke rumah sakit untuk memastikan Veby menerima perawatan yang dibutuhkannya. "Veby sadar dan sudah mendapatkan perawatan dari dokter. KJRI akan terus mendampingi selama ia di rumah sakit," ujar Ricky.
Veby saat ini dalam kondisi stabil dan sudah dipindahkan ke ruang perawatan biasa dari ruang intensif opthamology setelah dijahit kelopak matanya yang sobek. "Berdasarkan pemeriksaan dokter, Ibu Veby dinyatakan tidak perlu menjalani operasi namun tetap memerlukan perawatan lanjutan," kata Ricky dalam pernyataan tertulis. KJRI Hong Kong juga mengimbau seluruh warga negara Indonesia yang berada di wilayah tersebut untuk menjauh dari lokasi-lokasi demonstrasi, antara lain di Causeway Bay, Wan Chai, Admiralty, dan Central.
(Baca: Hong Kong Cabut RUU Ekstradisi, Rupiah dan Mata Uang Asia Menguat)
Perempuan yang Tertembak Mata Kanannya, Simbol Perlawanan
Pada 11 Agustus lalu, seorang perempuan mengalami luka serius pada mata kanannya karena terkena peluru karet yang ditembakkan oleh polisi Hong Kong. Perempuan yang menjadi relawan petugas kesehatan di tengah gelombang unjuk rasa di Tsim Sha Tsui tersebut terancam buta akibat luka di matanya.
Richard Scotford, seorang jurnalis yang berada beberapa meter dari perempuan yang tertembak itu, mengatakan polisi menembak ke arah sekelompok jurnalis dan relawan petugas kesehatan. "Peluru karet itu juga melintas di dekat muka saya hanya lima menit sebelum gadis itu tertembak," ujar Scotford di laman Facebooknya seperti dikutip The Guardian.
Para pedemo menjadikan perempuan muda tersebut sebagai simbol dari perjuangan mereka. Dalam aksi unjuk rasa, mereka mengenakan perban atau penutup mata di mata sebelah kanan. Beberapa poster juga terlihat menggambarkan perempuan yang terluka di mata sebelah kanan.
Kasus penembakan tersebut juga menambah ketidakpercayaan masyarakat terhadap kepolisian dan narasi-narasi yang dimuat di media-media pro-pemerintah Tiongkok. Salah satunya adalah siaran dari CCTV, media pemerintah Tiongkok, yang menyebut luka di mata perempuan tersebut disebabkan oleh bola yang dilempar para pedemo, bukan karena tembakan peluru karet polisi.
Perempuan yang masih dirahasiakan namanya itu memberikan pernyataan resmi dalam rekaman video yang diputar oleh kelompok pengunjuk rasa anti-pemerintah dalam konferensi pers 26 Agustus 2019. Mata kanannya masih tertutup perban. Ia mengenakan kacamata hitam dan masker kain. Perempuan itu meminta polisi menghentikan seluruh tindakan kekerasan terhadap para pedemo di Hong Kong.
(Baca: Hong Kong Rusuh, Alibaba Tunda Rencana IPO Senilai Rp 214 Triliun)